Berada di jalur utama kawasan wisata menjadikan Desa Ketapanrame getol berbenah. Tak mau kalah dengan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Beberapa waktu lalu, pemerintah desa meluncurkan objek wisata. Taman Ghanjaran.
Demikian nama jujukan rekreasi baru itu. Tak butuh waktu lama. Taman indah dengan sajian pemandangan gunung itu mampu menjadi ikon anyar di Trawas.
TAK sekadar terkenal. Taman yang dibangun di Tanah Kas Desa (TKD) tersebut digadang-gadang penggali PAD. Desa yang sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Pasuruan ini. Kini nyaris setiap hari libur dan akhir pekan, penuh pengunjung.
Zainul Arifin, kepala desa Ketapanrame, mengungkapkan, pada dua bulan awal dibuka, pada akhir tahun 2018 silam, Taman Ghanjaran memberikan kontribusi yang sangat signifikan pada PAD.
’’Selama bulan November hingga akhir Desember saja, pendapatan dari Taman Ghanjaran bisa mencapai sekitar Rp 100 juta,’’ terangnya. Padahal saat itu, Taman Ghanjaran masih tahap launching.
Dari asumsi pendapatan Taman Ghanjaran saat ini, dia berani mencanangkan pembenahan besar-besaran pada tahun anggaran berikutnya. Baik berupa penambahan wahana maupun fasilitas bagi pengunjung.
Sebelumnya, pemanfaatan TKD untuk mendapatkan kontribusi bagi desa seakan menjadi hal yang nyaris mustahil. Dari luas lahan TKD yang mencapai 12 hektare tersebut, pendapatan desa hanya mencapai kisaran puluhan juta per tahunnya.
Berbagai penyebab disebut Zainul Arifin menjadi pemicu. Salah satunya, selama ini pemanfaatan TKD hanya dari sektor pertanian. ’’Padahal berharap dari hasil pertanian nyaris selalu kurang memuaskan. Seperti saat panen, harga pas jatuh,’’ bebernya.
Tak puas dengan hasil pertanian, ia kemudian memutar otak untuk mendapat hasil yang lebih sesuai dengan pemanfaatan TKD. Dari diskusi dengan berbagai pihak, ia mendapatkan ide membuat objek wisata yang bisa menarik pengunjung. Muncul konsep Taman Ghanjaran tersebut.
Sesuai konsep yang diusung, Zainul Arifin berharap Taman Ghanjaran sebagai jujukan baru wisatawan di Trawas. Dari situ diharapkan tak hanya PAD Ketapanrame yang bakal kian melambung. Namun perekonomian masyarakat sekitar juga akan ikut terangkat. ’’Dari kios dan stan wisata serta parkir, saya yakin pendapatan warga akan meningkat,’’ tandasnya.
BUMDES, Mesin Pencetak PAD
Munculnya Taman Ghanjaran tak lepas dari peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Ketapanrame. Pasalnya pengelolaan Taman Ghanjaran berada dalam salah satu unit usaha di BUMDES. Yakni unit usaha kios dan stan wisata.
Kepala Desa Ketapanrame, Zainul Arifin, menjelaskan, dalam BUMDES desa ini terdapat setidaknya empat bidang unit usaha. Masing-masing adalah unit usaha jasa pengelolaan dan pelayanan air minum, kios dan stan wisata, sampah dan kebersihan serta air tangki.
Kemampuan BUMDES dalam mengelola Taman Ghanjaran tampaknya tak perlu diragukan. Pengalaman sebagai mesin pencetak PAD selama ini menjadi parameternya. Sebagai gambaran, pada laba bersih BUMDES pada tahun 2018 bisa menyentuh kisaran angka Rp 600 juta.
Zainul Arifin tak memungkiri, selama ini pendapatan BUMDES memang ditopang unit usaha air minum. Baik dari jasa pengelolaan dan pelayanan air minum maupun dari pendapatan air tangki. Namun, seiring berkembangnya Taman Ghanjaran, ia yakin pendapatan BUMDES akan terdongkrak dari sektor wisata.
Ia melihat kemampuan SDM yang mengelola BUMDES sudah cukup profesional. Semua proses administrasi yang dijalankan juga cukup rapi dan akuntabel. Apalagi dukungan masyarakat serta semua unsur Pemerintah Desa Ketapanrame untuk kemajuan BUMDES juga cukup besar.
’’Kalau PAD naik, tak hanya kesejahteraan perangkat yang bakal semakin besar. Namun masyarakat juga akan ikut merasakan. Karena pembangunan desa dipastikan akan makin meningkat,’’ tutupnya. (nto)