Fenomena pegadaian tak terlepas dari keseharian ekonomi masyarakat. Demi mencukupi kebutuhan, tak jarang warga menjadikan pegadaian sebagai pilihan. Apalagi, dengan adanya jasa perantara. Hal itu semakin memudahkan proses gadai di Pegadaian Cabang Mojokerto.
BERBEDA dengan makelar pada umumnya yang memperantarai proses jual beli, seperti tanah, kendaraan, dan rumah. Marpuah, 53, merupakan seorang jasa pegadaian selama belasan tahun. Perempuan tersebut setiap harinya mangkal di depan Pegadaian Cabang Mojokerto. Dengan kotak etalase sederhana bertuliskan Beli Emas, ia biasa menjajakan jasanya kepada nasabah Pegadaian.
Dari pekerjaannya sebagai perantara ini, Marpuah bisa menguliahkan anaknya di Universitas Islam Majapahit (Unim) Mojokerto jurusan Ilmu Komunikasi. ”Anak saya sempat jadi sekretaris salah satu partai besar juga. Dia sering ketemu tokoh-tokoh terkenal itu,” ungkapnya. Sebagai perantara para nasabah, ia hanya bekerja dengan cara menggantikan para nasabah masuk ke pegadaian.
”Ini tadi (kemarin, Red) saya mengambilkan (menebus) gelang. Cuma disuruh orang gitu aja. Perantara begitu lah,” ujarnya. Sampai pukul 09.00 Marpuah sudah menggadaikan kalung seberat 3 gram dan menebus gelang seberat 6 gram. Sebagian besar orang yang memanfaatkan jasanya merupakan pedagang pasar tradisional. ”Dulu awal-awal korona malah antrenya (nasabah) sampai pagar situ,” tambahnya.
Para nasabah yang menggunakan jasanya, telah mempercayakan urusan tersebut kepada dirinya. Beragam urusan pegadaian itu, seperti menggadaikan emas, menebus emas, membayar angsuran, sampai membayar bunga.
”Cuma jasa perantara. Saya dipercaya sama orang-orang. Biasanya ada yang datang minta tolong digadaikan. Kadang juga ditebuskan. Kalau sudah uang atau barangnya diambil sama yang punya ke saya. Ada yang ditunggu, tapi ada yang sejam dua jam. Mereka punya nomor telepon saya,” terangnya.
Menurut Marpuah, setiap nasabah yang mengunakan jasanya sudah mengenal dirinya. Sehingga tidak ada kekhawatiran maupun kecurigaan. ”Sudah sama-sama kenal. Mereka kan urusannya banyak. Jadi saya cuma membantu saja,” ujarnya.
Meskipun terdapat penjaja jasa sejenis di sepanjang Jalan WR Supratman Kota Mojokerto itu hanya Marpuah yang melayani jasa perantara dengan pegadaian. Dari perannya tersebut, Marpuah mendapatkan upah dari para nasabah yang menggunakan jasanya. Dalam sehari ia bisa melakukan lebih dari lima kali transaksi untuk pelanggannya.
”Biasanya ya ada yang kasih Rp 10 ribu. Ada yang kasih Rp 20 ribu. Tergantung orang dan jumlah emasnya. Kalau pas untung ada yang kasih Rp 30 ribu,” ungkapnya. Jika pada hari biasa Marpuah dapat membawa pulang Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu.
Pada awal masa pandemi Covid-19 lalu, ia bisa melayani lebih dari 10 orang per hari dan menghasilkan lebih dari Rp 200 ribu per hari. Marpuah sudah menjalani profesi ini selama 13 tahun. Selain menjadi perantara, di tempat tersebut Marpuah juga melayani jual beli emas. (adi)