MOJOKERTO – Penggerebekan toko beras di area Pasar Niaga Mojosari dan gudang beras diduga lokasi pengoplosan di Dusun Adisono, Desa Lebaksono, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, mengejutkan banyak pihak.
Selain Tim Satgas Pangan Polres Mojokerto, jajaran Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) setempat pun tak menyangka selama ini ada dugaan pelanggaran dalam perdagangan beras. Apalagi, dalam toko dan gudang disinyalir milik AK tersebut mengoplos beras tak laik konsumsi kemudian diperjualbelikan secara bebas. Dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
Kepala Pasar Raya Mojosari Samsul Hadi menduga toko dan gudang tersebut memang milik AK, warga Sawahan, Kecamatan Mojosari. Toko Perdana disinyalir sebagai lokasi penjualan. Sedangkan, gudang dimanfaatkan oleh pelaku untuk proses pengoplosan beras tak laik konsumsi sebelum akhirnya diperjualbelikan secara bebas. ”Beras baik dioplos dengan beras kurang baik. Jadi, kalau dijual harganya jadi meningkat,” ujarnya di sela-sela penggeberekan, Selasa (25/7).
Menurutnya, proses pengoplosan beras ini tentu sangat merugikan konsumen. Apalagi, selama penggeberekan, ditemukan adanya beras dengan kualitas rendah. Seperti, dalam kondisi remuk, berubah warna, apek, dan bahkan sudah bercampur kutu. Dengan demikian, bila hal itu dikemas menggunakan merek-merek tertentu, maka pelaku mendapat keuntungan lebih besar. ”Otomatis keuntungan juga menjadi tinggi,” tandasnya.
Dalam penggerebekan di Toko Perdana, Tim Satgas Pangan Polres Mojokerto menemukan tumpukan rastra atau beras bersubsidi dari pemerintah berlogo Bulog. Diduga, beras bantuan untuk keluarga miskin ini akan diperjualbelikan kepada konsumen umum dengan cara dioplos. Sedangkan, di dalam gudang beras di Dusun Adisono, Desa Lebaksono, Kecamatan Pungging, ditemukan tumpukan beras oplosan tak laik konsumsi siap edar.
