BERBAGAI cara dilakukan masyarakat untuk menolak bala. Salah satunya dengan ritual larung sesaji. Seperti yang dilakukan komunitas adat Majapahit di Mojokerto, Jumat (24/4).
Puluhan masyarakat adat melakukan doa bersama lintas agama di pinggir Sungai Brantas Desa Mlirip, Kecamatan Jetis, Jumat sore. Probo Diningrat, pemangku adat, mengatakan, ritual larung sesaji tersebut sebagai ikhtiar untuk menolak bala di tengah pagebluk atau wabah Covid-19 saat ini.
Doa-doa yang dipanjatkan secara bergantian oleh warga peghayat kepercayaan dan umat lintas agama. Sebagai permohonan agar Tuhan segera mengangkat wabah ini dari muka bumi. Ritual ditutup dengan larung sesaji kepala kambing dan sapi.
’’Sesaji ruwatan murwakala tujuannya hanya satu. Khusus murwakala alam. Angin, banyu, geni, lemah. Tujuannya untuk menolak sengkolo besar di dalam suatu negara,’’ katanya.
Disinggung terkait kepala sapi dan kambing, dia menjelaskan, tidak sembarangan sapi. Melainkan harus memenuhi kreteria untuk penolak bala. Yakni, warnanya harus mulus.
’’Dua simbol tersebut sebagai penolak wabah besar dan menelolak wabah kecil,’’ tandasnya. (hin/abi)