Berbagai jenis paham dan aliran menyimpang menjurus radikal yang muncul sejak 10 tahun terakhir ini, cukup menjadi tantangan sendiri bagi umat Islam di Indonesia.
Tak terkecuali di Mojokerto yang memiliki kultur masyarakat beranekaragam agama. Berikut bincang-bincang Farisma Romawan bersama Ketua PC NU Kabupaten Mojokerto KH Abdul Adzim Alawy.
Bagaimana kondisi umat Islam, khususnya NU di Mojokerto?
Alhamdulillah, termasuk kondusif dan aman dari berbagai isu yang berkembang. Kita tahu, memasuki tahun politik muncul berbagai macam fitnah dan hoaks sebagai bentuk propaganda untuk memecah belah masyarakat dan umat beragama. Akan tetapi, Nahdlatul Ulama (NU) tetap berkomitmen menjaga perdamaian apa pun dan dimanapun situasinya.
Seberapa besar kontribusi NU terhadap perdamaian?
Sangat besar. Bahkan, NU sekarang telah menjadi rujukan oleh kebanyakan negara muslim. Karena sejak awal didirikan, hadratus syekh KH. Hasyim Asy’ari, cita-citanya hanya dua.
Yaitu, merebut kemerdekaan Indonesia dan menjaga perdamaian, agar NKRI tetap utuh. Tidak hanya sesama muslim, tapi juga dengan umat agama lain. Salah satu jalannya ya lewat ukhuwah Islamiah, ukhuwah wathoniah, dan ukhuwah basyariah.
Lalu, apa kontribusi NU sendiri di Mojokerto?
Dari total umat Islam di Mojokerto, Insya Allah 80 persennya adalah warga NU atau menganut ajaran Islam ahlussunnah wal jamaah (aswaja) annadliyah. Meskipun juga kadarnya bermacam-macam.
Namun, dalam hal menjaga NKRI, Insya Allah sampai pelosok desa terpencil pun NU akan selalu mengawal. Banyak kader terbaik yang siap diterjunkan ke masyarakat.
Apa hubungan NU dengan problematika di masyarakat?
Banyak dan kompleks. Sejak Indonesia merdeka, kontribusi NU atau ulama sangat besar. Salah satu bentuknya adalah Resolusi Jihad. Nah, kalau di Mojokerto, menurut ulama Kharismatik KH. Achyat Chalimy, Islam atau NU itu harus bisa saling sambang atau berkunjung satu sama lain.
Untuk bisa sambung atau mempererat silaturahim. Nah, kalau sudah sambung, maka akan tercipta saling sayang menyangi. Di sinilah, tujuan perdamaian itu yang sebenarnya.
Tantangan NU selama lima tahun ke depan?
Kita tahu, sekarang banyak muncul bermacam aliran dan paham agama, khususnya Islam yang tidak jelas ajarannya atau menyimpang. Beberapa minggu terakhir bahkan ada yang sudah menampakkan diri di wilayah utara sungai. Tapi, berkat kader-kader kita, persoalan itu bisa diredam dan tidak sampai muncul permusuhan.
Langkah konkret NU mengatasi persoalan tersebut?
Sekarang kita sudah banyak melahirkan kader-kader terbaik yang siap ditempatkan di mana saja, untuk mendidik dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang Islam sesuai ajaran Rasul dan para sahabatnya.
Salah satunya lewat Pelatihan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKP NU) yang jumlahnya sudah ratusan orang. Mereka dididik untuk bisa mengatasi persoalan sosio-kultur yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Termasuk menangkal adanya ajaran menyimpang di pelosok desa.
Bagaimana hubungan NU dengan lembaga lain?
Bersama kelompok lain kita juga saling menjaga keharmonisan. Bahkan, sekarang kita lebih banyak ngopi bersama kepolisian dan TNI. Artinya tidak sekedar minum kopi biasa, tapi juga saling berkomunikasi dalam membantu aparat hukum dalam menjaga keutuhan negara dari ancaman radikalisme. (ris)