KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Mewabahnya penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada hewan ternak di Kabupaten Mojokerto sejak akhir Februari lalu, disikapi serius penyuluh dinas pertanian. Intensitas pengobatan dan pembatasan lalu lintas hewan ternak bakal diperketat guna mencegah meluasnya penyebaran wabah penyakit kulit benjol pada sapi ini.
Plt Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Disperta Kabupaten Mojokerto, drh. Tutik Surjaningdyah mengatakan, pengobatan terhadap 37 ekor sapi yang dilaporkan terserang LSD terus dipantau setiap harinya. Empat jenis obat juga diberikan penyuluh untuk menyembuhkan 37 ekor sapi yang mengalami penurunan kesehatan. Terdiri dari obat antibiotik, antipiretik dan antialergi untuk menurunkan efek demam dan alergi.
Lalu juga multivitamin untuk menambah daya tahan tubuh dan nafsu makan sapi semakin meningkat. ’’Sementara ini baru pengobatan saja. Kami pantau setiap hari untuk proses penyembuhannya,’’ terangnya. Namun Tutik mengaku proses penyembuhan LSD terbilang cukup lama. Bahkan, sapi yang ditemukan pertama kali terjangkit LSD hingga kini belum pulih seratus persen.
Meski kesehatannya sudah meningkat, namun bercak dari benjolan pada kulit masih terlihat, sehingga sapi belum bisa diperjualbelikan untuk dijadikan konsumsi bagi masyarakat. ’’Untuk kasus pertama yang di Kemlagi, sampai sekarang masih ada bekas benjolannya. Meskipun demam dan nafsu makannya sudah normal lagi,’’ tandasnya. Meski begitu, Tutik menilai serangan LSD tidak terlalu membahayakan, baik bagi peternak maupun konsumen.
Sebab, tingkat kematiannya terhitung rendah. Dari 37 ekor sapi yang terjangkit, hingga saat ini tidak ada satu pun yang mati. Bahkan, ia mengklaim sapi-sapi tersebut mulai pulih setelah dilakukan pengobatan intensif. Tak hanya itu, pihaknya juga mengimbau kepada peternak agar selektif dalam mendatangkan sapi dari luar daerah. Lalu lintas sapi juga dibatasi lewat pengecekan kesehatan oleh penyuluh.
’’Tingkat kematiannya rendah, namun kalau dibiarkan bisa menyebar. Hewan yang sudah terjangkit wajib diisolasi dari kandang utama. Dan seluruh kandan juga harus dibersihkan setiap hari agar tidak banyak dihinggapi vektor seperti nyamuk dan lalat sebagai pembawa virus,’’ ujarnya.
Sebelumnya, 37 ekor sapi terdeteksi mengidap LSD sejak akhir Februari. Bahkan, wabah penyakit kulit hewan ini sudah menyebar hingga di 13 kecamatan sejak kasus pertama ditemukan 22 Februari lalu. Khususnya di tiga kecamatan lain dengan kasus LSD positif terbanyak, yakni Kemlagi sebanyak 12 ekor, Dawarblandong 7 ekor dan Dlanggu 8 ekor.
Sementara itu, kecamatan lain hingga kini masih nol kasus, yakni Sooko, Kutorejo, Mojoanyar, Mojosari dan Pungging.
Hampir semua sapi mengalami gejala klinis yang sama, yakni demam hingga suhu tubuh hewan mencapai 41 derajat celsius. Ternak juga mengeluarkan liur berlebihan disertai radang mata atau konjungtivitis. Dan yang lebih parah, muncul nodul atau benjolan pada kulit sapi berukuran 2-5 milimeter (mm) yang menonjol. (far/ron)