MOJOKERTO – Terkadang kecelakaan lalu lintas bukan karena pengendara kehilangan fokus atau lalai. Namun, kerusakan infrastruktur jalan bisa menjadi penyebab utama.
Jalan bergelombang hingga berlubang dengan kedalaman bervariatif. Seperti yang nampak di Jalan Raya Bypass, Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan ini. Sebagai wujud protes atas kekesalan kerusakan jalan trans nasional itu, warga setempat pun terpaksa menanam pohon.
Hal itu sekaligus sebagai penanda kerusakan jalan bagi pengendara yang melihtas. Agar pengendara lebih berhati-hati dan tidak mudah terperosok dan mengalami kecelakaan. ”Nggak pernah ada perbaikan, sudah nggak kayak jalan raya lagi. Padahal, ini rusaknya sudah parah,” lontar salah satu warga kepada Jawa Pos Radar Mojokerto Rabu (20/3).
Hal itu sekaligus sebagai bentuk kekesalan warga atas kerusakan jalan yang kondisinya kini kian mengerikan. Dari pantauan di lokasi, titik lubang jalan memang sudah tak terhitung. Para pengendara roda dua harus ekstra hati-hati dan mengurangi kecepatan.
Sebisa mungkin untuk tidak tanjap gas atau justru mendahului kendaraan lain tanpa mengetahui atau hafal betul dengan medan jalan. Jika tidak, dikhawatirkan justru akan mengalami celaka. Karena tak kunjung ada perbaikan, kemarin sebagian warga pun memprotes. Mereka bergotong royong menanam sebuah pohon trembesi di tengah jalan raya bypass tersebut.
Mungkin itu dianggap sebagai jalan terakhir setelah banyak pengguna jalan mengalami kecelakaan akibat terperosok jalan berlubang. Khususnya sepeda motor. Roda motor masuk lubang, lalu menghantam aspal. Sehingga pengendara pun terpental dan tidak sedikit mengalami luka-luka.
Selasa (20/3) misalnya, warga mengatakan, hanya berselang 7 jam saja, antara pukul 07.00 hingga pukul 13.00, sudah ada 4 pengedara motor yang jatuh di lubang jalan yang sama. ”Kasihan. Untung nggak ada yang sampai meninggal. Jadi, habis jatuh mereka langsung dibawa ke puskesmas terdekat. Ada yang langsung dibawa pulang,’’ papar, Misnawar, 60, salah satu warga.
Karena dikhawatirkan kecelakaan serupa terulang, Misnawar dan beberapa warga berinsiatif menanam pohon trembesi di jalan yang menganga. Pohon itu diletakkan dalam bak, lalu diisi kerikil. ”Yang penting nggak ada yang jatuh lagi, takutnya nanti malam orang banyak yang jatuh,’’ tambah Misnawar.
Menyusul, setiap malam tiba, di kawasan tersebut juga sangat gelap akibat banyak penerangan jalan umum (PJU) yang padam dan tidak berfungsi. Tidak hanya itu, dari penjelasan warga lain, jalan tersebut sebelumnya memang sudah sering terjadi kecelakaan.
Mirisnya, tak sedikit yang terpental ke aspal jalan hingga membuat pengendara mengalami cedera berat seperti patah tulang. ”Kemarin (19/3) itu ada yang jatuh, sampai tulang tangannya patah,’’ terang warga lain, Marsiah, 55.
Untuk itu, mereka berharap, segera ada pertanggungjawaban dari pihak terkait. Jika tidak, mereka sepakat akan terus menanami jalan yang berlubang tersebut. ”Pohonnya nggak dicabut, kalau ada perbaikan baru dicabut,’’ tandas Marsiah. (ras)