MOJOKERTO – Tingginya curah hujan membuat sejumlah titik di wilayah Kota Mojokerto terendam banjir tadi malam. Minimnya resapan air, dan sumur kontrol menjadi salah satu pemicu genangan tersebut.
Kabid Trantib Satpol PP Kota Mojokerto Hatta Amrullah, mengatakan, tingginya curah hujan yang mengguyur dari sore kemarin berimbas terhadap sejumlah genangan di beberapa titik. ’’Salah satunya titik genangan terjadi di perumahan Wates dan di Jalan Empunala,’’ katanya.
Tingginya debit air akibat hujan yang berlangsung selama beberapa jam, membuat air sempat masuk ke dalam rumah warga, sekolah dan perkantoran pemerintah. Di antaranya di SDN Kedudung dan Kantor Kecamatan Kranggan. ’’Tapi berangsur turun,’’ tuturnya.
Genangan air yang terjadi tidak berlangsung lama. Menurut Hatta, untuk mempercepat turunnya debit air, satpol PP bersama Tagana, relawan, dan SAR mengoptimalkan rumah-rumah pompa. Rumah pompa itu tersebar di 15 titik. ’’Ketinggian sekitar 10-15 cm,’’ tegasnya.
Kata dia, genangan air yang masih terjadi di wilayah Kota Onde-Onde tak lain karena dipicu tidak adanya resapan air dan sumur kontrol. Untuk itu, di wilayah terdampak, satpol PP mengimbau agar ada gerakan Rp 10 ribu biopori di lingkungan perumahan.
’’Jadi, satu rumah minimal punya tiga biopori dan bak kontrol. Karena memang ada beberapa zona tanpa resapan air,’’ bebernya. Termasuk di sepanjang Jalan Majapahit. Jika hujan deras dan lama, sepanjang jalan di pusat pertokoan itu dipastikan akan terjadi genangan.
Ketinggian air pun sampai 15 cm. Secara otomatis, kondisi itu mengganggu arus lalu lintas. ’’Di Jalan Majapahit, sumur kontrol dan resapan memang kurang. Jadi, saat hujan deras akan menimbulkan genangan,’’ tandasnya. Hujan deras juga pengaruhi debit Sungai Brantas.
Tak urung kondisi itu membuat Perum Jasa Tirta harus membuka delapan pintu Rolak Songo di Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto. Di pintu Rolak Songo debit air mencapai di atas 410 meter kubik per detik mengalir ke Sungai Porong.
Ketinggian permukaan air juga mencapai 17,88 maksimum air tinggi (MAT). Hal itu dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi dan dalam waktu di hampir wilayah Jatim. Khususnya kabupaten/kota yang dilintasi Sungai Brantas.