Di Dawarblandong dan Kutorejo
KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Rusaknya sejumlah infrastruktur akibat bencana yang melanda beberapa hari terakhir mulai diusulkan pembenahan. Dua titik tanggul yang longsor bakal diusulkan pembangunan melalui Belanja Tak Terduga (BTT) yang sudah diplot Pemkab Mojokerto untuk penanganan bencana. Yakni tembok penahan air dekat jembatan Kali Lamong di Desa Pulorejo, Kecamatan Dawarblandong serta tembok penahan sungai Sumberkembar di Desa Wonodadi, Kecamatan Kutorejo.
Kepala Dinas PUPR Kabupaten Mojokerto, Rinaldi Rizal Sabirin mengatakan, longsornya dua titik tembok penahan sungai ini sifatnya sangat darurat. Sehingga butuh penanganan secepatnya agar tidak menjalar ke titik lainnya. Bahkan, butuh penanganan serius dan mengingat lokasinya yang vital. Dan bisa mengancam keselamatan warga sekitar jika tidak segera ditangani ’’Sayap tembok Kali Lamong itu kan dekat jembatan penghubung Mojokerto-Gresik. Sementara yang di Wonodadi, temboknya tergerus dan ada rumah yang menggantung,’’ tegasnya.
Namun Rinaldi tak bisa sembarangan dalam mengusulkan anggaran yang dibutuhkan. Pihaknya harus menghitung secara detail lewat perencanaan yang matang. Dalam perencanan pembangunan, pihaknya juga tidak sendirian, tapi juga menyertakan dua stakeholder pengampu sungai, yakni Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo untuk di Dawarblandong, dan BBWS Brantas untuk di Kutorejo. ’’Dari dua pemangku kebijakan, baru BBWS Brantas yang siap ikut serta perencanaan. Kami sudah surati keduanya untuk ikut dalam penanganan kedaruratan,’’ tegasnya.
Rinaldi mengakui, usulan pembiayaan lewat BTT tak lepas dari minimnya sumber anggaran yang ia miliki. Di mana, pembenahan tak cukup lewat alokasi pemeliharaan jalan dan jembatan. Sehingga butuh sumber yang besar agar dampak bencana bisa teratasi dengan serius.
Meski demikian, pihaknya juga tak bisa sembarangan dalam mengusulkan di BTT yang sudah diplot Pemkab sebesar Rp 30 miliar untuk bencana tahun ini. Butuh analisa matang dan sempurna agar pembangunan berjalan sesuai fungsinya. ’’Karena BTT itu kan sensitif juga ya, jadi kami harus menghitung secara cermat spesifikasinya dan risiko bencana juga bisa ditekan seminim mungkin,’’ pungkasnya. (far/fen)