GONDANG, Jawa Pos Radar Mojokerto – Angka gangguan jiwa di Kabupaten Mojokerto pada masa pandemi mengalami tren peningkatan. Salah satu kelompok yang berisiko mengalami gangguan mental adalah pasien-pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Koordinator Rumah Isolasi Puskesmas Gondang dr Irsyad Herminofa mengatakan, gejala gangguan psikis bagi pasien asimtomatik atau tanpa gejala dialami sejak dinyatakan terkonfirmasi positif dari hasil swab.
Pasalnya, setelah divonis terinfeksi virus SARS-CoV-2, pasien cenderung langsung merasa cemas, stres, hingga depresi. ’’Memang tidak semuanya, tapi sebagaian besar mengalami seperti itu,’’ paparnya.
Menurutnya, kondisi tersebut masih berlanjut saat pasien menjalani karantina. Sehingga, tidak sedikit yang harus berpisah dengan keluarga selama beberapa hari isolasi.
Irsyad menyebutkan, gangguan jiwa psikis yang paling banyak dialami pasien adalah post-traumatic stress disorder (PTSD). ’’Ketika awal menjalani karantina, tanda-tandanya sudah muncul. Ada yang diam saja, ada yang malam tidak bisa tidur,’’ tandasnya.
Oleh karena itu, tenaga kesehatan (nakes) melakukan pemantauan rutin setiap hari terhadap perilaku masing-masing pasien. Pengamatan tersebut dilakukan saat kegiatan senam pagi dan sarapan.
Jika kedapatan ada pasien yang kurang bersemangat, maka akan dilakukan pendekatan secara personal. Sejak menangani kasus pasien konfirmasi tanpa gejala 22 Juli lalu, terdapat dua alasan pasien mengalami gangguan psikis.
Di antaranya dipicu perasaan takut berlebihan jika paparan Covid-19 dapat membahayakan jiwa. Di samping itu, juga merasa khawatir stigma negatif masyarakat karena terjangkit virus korona. ’’Alasan itu yang membuat pasien stres dan bisa turun jadi depresi,’’ papar Irsyad.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pihaknya melakukan pendampingan dengan terus memberikan motivasi. Sebab, kata dia, kondisi psikis juga sangat mendukung mempercepat sembuh dari Covid-19.
Sebaliknya, jika kesehatan jiwa terganggu, maka masa kesembuhan juga lebih lama karena menurunnya imunitas. ’’Jadi, di samping motivasi, kita juga memberi obat antidepresi,’’ bebernya.
Irsyad menambahkan, gangguan mental lebih berisiko bagi pasien dengan usia remaja dan dewasa. Meski demikian, bagi pasien anak-anak juga mendapatkan perlakuan khusus.
Untuk menghindari stres, pasien usia anak-anak tetap diberikan kesempatan untuk bermain. ’’Meski kita pakai APD, pasien anak tetap kita ajak bercanda. Jadi bisa tetap banyol bersama,’’ tandasnya.
Dengan begitu, imbuh dia, para nakes yang bertugas di rumah isolasi juga sama-sama bisa menjaga kondisi kejiwaan. Irsyad menambahkan, melalui penguatan psikologis tersebut diyakini menjadi faktor terus meningkatnya jumlah kesembuhan.
Kemarin, Rumah Isolasi Puskesmas Gondang mencatatkan pemulangan pasien tertinggi sejak tiga bulan terakhir. Tercatat, dari 28 pasien yang dirawat, 23 di antaranya telah dinyatakan negatif dari hasil uji swab. (abi)