KERAJINAN alas kaki sudah menjadi profesi turun temurun masyarakat Desa Medali, Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Tak sekadar memproduksi, sebagian besar penduduknya juga turut mengkreasikan sekaligus memasarkan sepatu dan sandal hingga ke seluruh penjuru Indonesia.
Kualitas dan kuantitasnya pun tak hanya puluhan kodi. Namun ratusan hingga ribuan kodi tiap hari. Tak salah jika perputaran uang di Desa dengan lima dusun ini bisa mencapai miliaran rupiah setahun.
Potensi ini yang terus dikembangkan pemerintah desa (pemdes) Medali dengan memaksimalkan kawasan sebagai sentra Usaha Kecil Menengah (UKM) sandal-sepatu. Hingga ke depan, bisa menjadi ikon Alas Kaki terbaik dan terbesar di bumi majapahit.
Kepala Desa Medali, Miftahuddin menjelaskan, data jumlah perajin alas kaki di desanya sudah mencapai 120-an orang. Mereka terbagi menjadi dua. Yakni perajin konvensional dan modern atau memanfaatkan teknologi baik produksi hingga pemasaran.
’’Dari data Asosiasi Perajin Medali (APM), ada sekitar 90 perajin yang masih menjalankan usaha secara tradisional. Sementara sisanya menjalankan usaha secara modern, yakni dengan memanfaatkan dunia internet untuk pemasaran,’’ jelasnya.
Jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor ini juga sangat besar. Di mana, satu perajin bisa mempekerjakan minimal 15 orang, mulai dari tenaga produksi hingga tenaga ahli. Bahkan untuk memenuhi jumlah produksi, tak jarang mereka merekrut tenaga kerja dari luar desa.
Dari jumlah itu, nilai produksi sandal maupun sepatu bisa mencapai miliaran rupiah. Capaian tersebut bisa dilihat dari asumsi kapasitas produksi tiap perajin yang rata-rata mencapai 9 kodi perhari. Nah, dari 90 perajin yang produktif, mereka bisa menghasilkan 21 ribu kodi per bulan. Jika harga yang dipatok Rp 1,2 juta-Rp 1,5 juta per kodi, maka dalam omset dari usaha produksi sandal dan sepatu selama sebulan, bisa mencapai angka Rp 25 miliar.
’’Dihitung saja, dengan produksi 9 kodi dikalikan 90 perajin dikali 26 hari, sudah mencapai 21 ribu kodi. Dan jika dikalikan dengan harga jual minimal Rp 1,2 juta per kodi, maka omzetnya ketemu puluhan miliar per bulan,’’ terangnya.
Agar UKM alas kaki bisa menjadi sendi perekonomian utama masyarakat, Miftah terus berupaya memaksimalkan semua elemen yang terlibat. Termasuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Medali Beraksi sebagai fasilitator baik dari segi pembinaan maupun pemasaran. ’’Kita secara rutin mengadakan pembinaan dan pelatihan kepada para perajin. Termasuk dengan pemanfaatan internet sebagai alat pemasaran efektif,’’ lanjutnya.
Termasuk pula dengan dengan menggelar Medali Expo sebagai ajang pameran bagi perajin dalam memperkenalkan produksi sandal-sepatunya ke masyarakat luas selama 7 hari berturut-turut. Bahkan expo pertama yang digelar Januari lalu juga sempat dihadiri dan dipuji Menteri Desa PDTT, Abdul Halim Iskandar.
Selain itu, terobosan yang tak kalah penting adalah memfasilitasi perajin lewat pembuatan galeri. Lahan yang digunakan juga sudah ia siapkan, yakni Tanah Kas Desa (TKD) yang terletak tepat di depan balai desa Medali.
Di lahan ini, juga akan dibangun rest area dengan belasan kios, termasuk galeri produk UKM alas kaki.
Dengan potensi tersebut, Miftah berharap produk alas kaki desa Medali ke depan bisa menjadi ikon. Tak hanya di desa, tapi juga di Mojokerto secara keseluruhan. ’’Kami ingin membuktikan, bahwa produk UKM alas kaki desa Medali bisa menjadi salah satu produk unggulan di Mojokerto,’’ pungkasnya. (far/ron)