TRAWAS, Jawa Pos Radar Mojokerto – Temuan objek diduga cagar budaya (ODCB) di Dusun/Desa Kesiman, Kecamatan Trawas disinyalir masih menyimpan sejumlah benda bersejarah. Tak hanya tatanan batu andesit dan pancuran, diperkirakan terdapat benda diduga arca yang masih terpendam di lokasi.
Kepala Desa Kesiman Helmi Affandi menerangkan, dugaan tersebut mencuat usai warga mendapati temuan layaknya dinding petirtaan kuno sekitar dua pekan lalu di Punden Sumber Bebek. Merunut peristiwa sebelumnya, sejumlah batuan andesit di lokasi tampak usai salah satu pohon bulu setinggi 10 meter yang disakralkan warga roboh tahun lalu.
”Jadi waktu itu batuan ini muncul ke permukaan tanah setelah pohon sebelahnya ini roboh. Sebagian ini kelihatan. Bahkan, di sisi utara, tepat dibawah pohon ini kelihatan seperti ada arca yang masih terpendam. Pohon ini seperti numpang (tumbuh) di atasnya arca,” ujarnya sembari menunjuk sejumlah sudut. Saat itu, warga tidak langsung menggali. Melainkan mengevakuasi pohon jumbo yang tumbang sekaligus meretakkan tanah di lokasi.
Otomatis, saat ini objek yang diduga arca tersebut masih terpendam di dalam tanah. Tepat di balik akar pohon berdiameter lebih dari satu meter tersebut. Pihak desa sempat berencana melakukan penggalian lanjutan. Tujuannya, untuk melestarikan dan menjaga sejumlah benda bersejarah di lokasi. Terlebih di sisi barat dan utara ODCB. Karena di sisi selatan terhalang jalan desa yang hanya berjarak kurang dari semeter.
Namun, rencana tersebut urung dilakukan. Sebab, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur mewanti-wanti pemdes agar tidak melanjutkan penggalian saat mengecek ke lokasi Jumat (10/6). Lantaran dikhawatirkan aktivitas tersebut justru merusak ODCB hingga hilangnya sejumlah temuan di lokasi.
”Petugas BPCB menyampaikan, dinding yang sudah digali empat tumpuk batu, kalau digali lebih dalam lagi kemungkinan masih ada lagi. Dan melihat dari uang kepeng yang ditemukan, katanya dari era Majapahit. Karena itu, kalau pemdes ingin ini digali, disarankan bersurat lagi ke sana supaya ada pendampingan dari para ahli,” beber Helmi.
Sementara itu, Kepala BPCB Jawa Timur Zakaria Kasimin menjelaskan, pihaknya sudah menerjunkan tim arkeolog guna memeriksa temuan ODCB tersebut Jumat (10/6) lalu. Hasilnya, diduga temuan tersebut tidak jauh berbeda layaknya petirtaan Jolotundo. ”Dugaan awal itu petirtaan. Karena ada temuan jaladwara,” ungkapnya.
Jaladwara merupakan pancuran air pada candi atau situs petirtaan berbahan batua andesit. Sehingga, pihaknya berpesan pada pemerintah desa untuk tidak menggali lebih lanjut temuan di lokasi yang dikeramatkan warga tersebut.
Tidak menutup kemungkinan, masih ada sejumlah ODCB lainnya yang masih belum tergali. Hanya saja, pihaknya masih belum bisa biacara banyak soal ekskavasi. Sebab, BPCB masih perlu melakukan kajian lebih lanjut terkait hasil pengecekan petugas di lokasi. ”Saat ini kami masih pelajari dulu sejumlah temuan di lokasi. Dari situ kami baru bisa menentukan langkah-langkah selanjutnya,” tandas Zakaria. (vad/ron)