Dialihkan ke RPH, Pemkab Tekan Penyebaran Virus
KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Mojokerto kian mengganas. Selain melakukan pembatasan lalu lalang ternak yang masuk dan keluar, pemkab juga menutup tempat pemotongan hewan (TPH) milik perorangan.
Hal itu tertuang dalam Surat Edaran (SE) tentang tindakan penanganan penanggulangan wabah PMK, yang hingga kemarin sudah menyerang seribu lebih sapi di 18 kecamatan. ’’SE ini menindaklanjuti SE kementerian pertanian terkait wabah PMK sebagai percepatan penanganan agar tidak meluas,’’ ungkap Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati, kemarin.
Ada lima poin yang harus diperhatikan. Di antaranya, lanjut Ikfina, pembatasan lalu lintas ternak yang hilir masuk dan keluar dari Kabupaten Mojokerto. Sehingga, sebagai tindak lanjut, ada sejumlah jalur perbatasan yang menjadi atensi petugas untuk dilakukan penyekatan. ’’Utamanya, jangan sampai sapi dari Mojokerto keluar dan masuk ke daerah yang belum ada wabah PMK. Ini yang kita antisipasi, karena dikhawatirkan malah membawa virus dan memperluas persebaran,’’ ujarnya.
Tak hanya itu. Setelah sebelumnya me-lockdown pasar hewan, pemda juga harus menghentikan operasional TPH milik perorangan di empat titik. Seperti, satu di Desa Sajen, Kecamatan Pacet, dan tiga lokasi di Desa/Kecamatan Kemlagi.
Setelah melakukan penutupan, pemda mengalihkan pemotongan ke Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Sehingga, diharapkan pemotongan ini terkontrol melalui prosedur pemeriksaan ketat oleh dokter hewan. ’’Takutnya, kalau tempat pemotongan perorangan tetap beroperasi, malah terjadi penyebaran virus. Kalau di RPH kan terpantau langsung oleh dokter hewan. Itu semua untuk meminimalisir penularan,’’ tuturnya.
Berbeda dengan penyembelihan di RPH. Di lokasi ini, akan dikontrol dokter hewan secara langsung. Dan, jika muncul gejala saat proses pemotongan, organ-organ yang tak boleh dikonsumsi pun bisa diamankan. Seperti, cingur, kaki, kelenjar getah bening, dan tulang.
Perketatan pembatasan ini juga karena sifat virus di PMK ini mudah menular melalui aerosol, kontak langsung dengan ternak sakit, dan kontak dengan peralatan dan manusia yang terkontaminasi virus PMK.
’’Angka penularannya juga sangat tinggi, hampir 55-100 persen di tiap kelompok. Sifatnya sama dengan Covid-19. Cuma angka kematian ternak rendah. 1 sampai 5 persen,’’ paparnya. Sesuai data Dinas Pertanian, per kemarin, total capai 1.076 kasus. Dengan angka kesembuhan 88 ekor dan kematian 14 ekor. (ori/ron)