SOOKO, Jawa Pos Radar Mojokerto – Banjir luapan afvoer Sungai Jombok dan Sungai Watudakon di Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, makin parah, Senin (11/1). Setelah 11 hari mengalami pasang surut, kini tinggi genangan air sekitar 60 sentimeter (cm) hingga satu meter lebih. Bahkan, jalan desa yang lebih tinggi dari permukiman warga pun sudah tergenang banjir.
Tinggi genangan air kembali meningkat sekitar pukul 18.00 Minggu (10/1) setelah beberapa jam hujan mengguyur dengan intensitas sedang. Di sejumlah titik di Dusun Bekucuk, ketinggian air sudah lebih dari seperut orang dewasa. Otomatis, aktivitas warga sehari-hari makin terhambat. ’’Kira-kira tinggi airnya sudah hampir 1,5 meter di sini,’’ ujar Mulyono, 46, ketua RT/RW 3 Dusun Bekucuk. Hal tersebut nampak dengan tergenangnya jalan desa yang lebih tinggi dari permukiman warga.
Aktivitas sehari-hari warga semakin terbatas. Mereka megandalkan bantuan makanan dan air bersih untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK), dari dinas terkait dan donatur. Bahkan, mereka harus tidur di jalan desa dengan menggelar tikar maupun bangku. ’’Semalam sudah tidur di jalan gini ini, ramai-ramai sekalian jaga rumah,’’ ujar Sumariyah, 43, warga RT 1 RW 3 Dusun Bekucuk.
Bukan tanpa alasan, dia memilih bertahan dengan bermalam di jalan demi keamanan rumahnya. Sebab, selain menghindari adanya pencurian, barang dan perabot milik warga kerap hanyut terbawa banjir. Meski sebagian sudah diletakkan di tempat yang lebih tinggi, warga menilai tetap perlu pengawasan. ’’Seperti bak sama sandal gitu kenter (hanyut) kebawa banjir,’’ tambahnya.
Disebutkannya, para kaum Adam pun turut berjaga di lingkungan sekitar. Bukan hanya untuk mengawasi keamanan dari pencuri, tetapi juga dari serangan hewan berbahaya layaknya ular. Pasalnya, ketika air semakin meningkat, hewan melata itu kerap muncul ke permukaan dan membuat warga waswas. ’’Banyak yang keluar ularnya, apalagi ularnya itu ular kobra,’’ imbuhnya.
Sejak ketinggian air semakin meningkat, aktivitas warga pun bergantung pada tingginya jalan desa. Bantuan bagi warga dari dinas terkait dirasa lancar dan mencukupi kebutuhan makan warga. Tak jarang, pengguna jalan yang melintas turut memberikan bantuan makanan bagi warga. ’’Digigit nyamuk ya risiko tapi buat senang saja. Soalnya kan ramai-ramai di sini, makan juga bareng-bareng,’’ ungkap Sumariyah.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto M. Zaini menyebutkan, pihaknya telah mendirikan tenda penampungan sementara bagi warga terdampak banjir yang terletak di Dusun Tempuran Senin (11/1). Pihaknya mengimbau agar warga bersedia pindah ke tempat aman yang telah disediakan itu demi keselamatan. ’’Banjir di Dusun Tempuran dan Bekucuk ini masih belum benar-benar surut dan tren ketinggian air terus meningkat,’’ ujarnya.
Tercatat oleh BPBD, terdapat 393 rumah dan fasilitas umum di Desa Tempuran yang terdampak banjir. Sebanyak 61 rumah di Dusun Tempuran, 332 rumah di Dusun Bekucuk, dan tiga fasilitas umum desa.
Kini, upaya sementara yang diambil pemerintah bersama warga untuk menanggulangi banjir di Desa Tempuran yakni dengan membersihkan sampah di sungai. Mayoritas sampah tersebut merupakan sampah organik seperti eceng gondok dan kangkung. ’’Kita juga dapat bantuan pompa penyedot air dari BBWS. Ini akan kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk menanggulangi banjir,’’ tandas Zaini. (vad)