Cuaca buruk dan serangan hama sudah seperti musuh alami petani. Di saat panen raya, tak jarang mereka justru dibuat rugi. Beragam siasat pun dilakukan untuk mengurangi kadar kesusahan. Seperti petani di Kecamatan Dawarblandong yang mengeringkan lombok busuk untuk dijual kembali. Daripada terbuang sia-sia, paling tidak bisa ditukar panci.
YULIANTO ADI NUGROHO, Dawarblandong, Jawa Pos Radar Mojokerto
Melintasi jalan Desa Cinandang, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, seperti memasuki kebun raya. Sepanjang perjalanan, tanaman lombok dan padi memenuhi pandangan. Waduk Cinandang juga tampak segar dengan airnya yang melimpah. Di pinggir-pinggir jalan warga menjemur gabah hasil panennya. Tak jarang pula, lombok-lombok busuk hasil panen dikeringkan.
Dan itu bisa ditemukan di hampir setiap pelataran rumah. Lombok itu berwarna kecokelatan. Dalamnya busuk, kulitnya kering. Seperti itu efek serangan hama yang oleh warga disebut jamur petek. Buah yang terkena serangan ini tentunya tak laku di pasaran. Banyak petani yang mengalami. Salah satunya adalah Sunarmi, warga Desa Cinandang.
Kira-kira tiga karung lombok busuk sudah dijemurnya selama dua hari terakhir. Lombok-lombok itu merupakan residu dari ladangnya yang saat ini tengah dipanen. ’’Daripada terbuang mendingan dijemur,’’ kata perempuan 52 tahun ini.
Disebutnya, hampir seperempat hasil panenya merupakan lombok busuk. Lombok busuk itu dikeringkan dengan cara dijemur. Proses penjemuran ini bisa memakan waktu seminggu. Bergantung cuacanya juga. Harapannya, lombok kering punya nilai jual. Benar laku, tapi murah sekali.
Menurutnya, satu kilogram lombok kering hanya laku Rp 5 ribu per kilogram. Itu pun jarang-jangan ada yang mau. ’’Siapa juga yang mau. Karena kalau dibiarkan tertalu lama juga berjamur,’’ tambahnya.
Justru, yang lebih sering lombok-lombok kering dijual kepada tukang rongsokan. ’’Biasanya ditukar dengan ebor, panci, dandang,’’ tuturnya.
Hal ini tentu tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan petani selama merawat tanamannya. Harganya berbeda jauh dengan lombok masak yang laku Rp 80 ribu hingga Rp 90 ribu per kilogram. Tapi kembali lagi, benar apa kata Sunarmi, daripada dibuang sia-sia. Setidaknya, meskipun tidak laku di pasaran, akhir-akhir ini banyak petani lombok yang punya alat dapur baru.