Kondisi salah satu situs perbukala peninggalan Kerajaan Majapahit di Kecamatan Trowulan, Kolam Segaran masih mengering. Situs yang menjadi ikon wisata sejarah ini mengalami pendangkalan alias mengering sejak tiga bulan lalu. Kekeringan tersebut terbilang terparah di sepanjang sejarah.
NAMPAK setiap sudut kolam dengan luas 325×175 meter dan memiliki kedalaman 2,88 meter ini tanah dasarnya mengalami retak-retak. Hanya ada beberapa genangan air yang tersisa pada sudut timur dan tengah. ’’Sudah sejak September yang lalu, kolam mulai surut, hingga saat ini masih kering,’’ ungkap Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Wicaksono Dwi Nugroho, kemarin.
Memang, kata Wicaksono, belum ada kajian secarah ilmiah soal kekeringanan Kolam Segaran. Namun, selain memasuki kemarau berkepanjangan, kekeringan dimungkinkan karena tersumbatnya saluran buang di sisi utara. Kemudian, di sisi selatan kolam, terdapat saluran yang airnya masuk ke kolam. Kata dia, air di Kolam Segaran ini berasal dari Situs Balong Bunder terletak sekitar 100 meter di sisi selatan Kolam Segaran.
Kemudian, air dari kolam mengalir dari sisi utara kolam menuju ke sungai, dan selanjutnya mengalir ke areal persawahan. ’’Akan tetapi banyak kanal, saluran air masuk ke Kolam Segaran yang tertutup tanah atau beralih fungsi. Mungkin itu bisa menjadi penyebab,’’ ujarnya. Selain itu, bisa juga dipicu degradasi tanah di sekitar Kolam Segaran. Dia menuturkan, fenomena keringnya Kolam Segaran terjadi saat musim kemarau dalam tiga bulan terakhir. Sebelumnya, situs purbakala ini tetap terisi air meski memasuki kemarau.
Wicaksono menjelaskan, sebagai peninggalan masa Kerajaan Majapahit, kolam ini diduga dibangun untuk waduk dan penampungan air untuk penanganan irigasi. Namun, banyak asumsi masyarakat yang mengatakan, bahwa Kolam Segaran adalah tempat pembuangan. Ada juga asumsi lain, konon Kolam Segaran digunakan oleh kerajaan sebagai tempat menjamu tamu-tamu kerajaan. ’’Kemudian di tempat itu pula, digunakan lokasi pembuangan perabotan makan. Seperti piring emas atau yang lain,’’ paparnya.
Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, Kolam Segaran sempat terkubur. Situs purbakala ini baru ditemukan kembali pada masa penjajahan Belanda, tahun 1926. Kolam ini kemudian dipugar selama 10 tahun. Pemugaran pertama, dilakukan tahun 1966, dan pemugaran kedua dilakukan pada tahun 1974. Hingga saat ini, Kolam Segaran tengah menjadi ikon wisata sejarah Kabupaten Mojokerto. Terlebih di Kecamatan Trowulan yang disebut-sebut sebagai pusat Kerajaan Majapahit. Kondisi itu juga dikuatkan dengan banyaknya wisata Candi.
Sulastri, 36, salah satu warga, menceritakan, kekeringan Kolam Segaran di musim ini tergolong yang terparah jika dibandingkan dua tahun lalu. ’’Ini parah.Biasanya masih tersisa airnya lumayan banyak lah.Sekarang hanya tersisa pada bagian utara dan tengah saja,’’ jelasnya.Oleh karena itu, setiap kali Kolam Segaran mengering banyak masyarakat memanfaatkan untuk mencari ikan. ’’Kan lebih mudah kalau airnya surut. Kalau biasanya kan dipancing, tapi kalau surut langsung pakai jala,’’ bebernya.