KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Muhammad Keefandra Alfarizky yang kini hampir menginjak usia tiga tahun hanya bisa terbaring.
Balita anak pertama dari pasangan Achmat Mufli dan Indah Sari itu menderita penyakit hidrosefalus atau pembengkakan kepala di mana terdapat banyak cairan di bagian otak. Sakit yang sudah diderita Keefandra sejak berumur empat bulan itu, tak kunjung mendapat perawatan, lantaran terkendala biaya pengobatan.
”Dulu lahir ya seperti bayi biasa ukuran kepalanya, tapi pas umurnya empat bulan ukurannya tidak biasa dan bertambah terus sampai sebesar ini,” ujar sang ibu, Indah Sari, di rumahnya, Dusun Buluresik, Desa Manduromanggunggajah, Kecamatan Ngoro, kemarin (8/4).
Ukuran kepala Keefandra saat ini kurang lebih mencapai 30 cm atau sebesar bola basket. Indah menuturkan, saat usia delapan bulan di kandungan, keluarganya sudah diberi tahu dokter, nanti anak sulungnya itu bakal menderita hidrosefalus.
Indah baru diberitahu oleh sang keluarga saat telah melahirkan Keefandra. ”Mereka takut saya syok. Makanya, baru diberi tahu setelah saya lahiran,” terangnya. Dirinya mengaku Keefandra dilahirkan secara Caecar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof dr Soekandar pada 22 April 2019 silam.
Saat persalinan Keefandra, suaminya juga tak kuat menanggung biaya. Apalagi, sang suami yang terpaut satu tahun lebih tua itu hanya bekerja sebagai buruh pabrik di kawasan Ngoro. Selain itu, Indah dan keluarga selama ini tak pernah terdata sebagai keluarga penerima JKN-KIS.
Sehingga, biaya persalinan terpaksa dilunasi menggunakan jaminan persalinan (jampersal). ”Sebab habis belasan juta, saya dan suami juga ndak mampu bayar,” ucap wanita yang kini juga tengah mengandung sembilan bulan itu.
Pasca dilahirkan, berat badan Keefandra mencapai 3 kg, dengan panjang lahir 50 cm. Berangsur-angsur sewaktu diketahui kepala Keefandra semakin membesar, akhirnya Indah dan sang suami membawa anaknya ke RSUD Prof dr Soekandar untuk mendapatkan pemeriksaan.
Oleh pihak rumah sakit, Indah disarankan agar Keefandra segera dioperasi. Namun, tentunya dengan biaya yang tak sedikit yakni Rp 20 juta. ”Pilihan lain, kalau tidak bisa bayar ya harus ngurus basis data terpadu (BDT) dulu di dinas sosial (Dinsos) baru bisa dirujuk ke rumah sakit dr Soetomo (Surabaya),” imbuh dia.
Sehingga, Indah pun memilih untuk membawa anaknya ke pengobatan terapi khusus penanganan hidrosefalus di kawasan Kecamatan Bangsal. Indah mengaku memilih penyembuhan melalui terapi, sebab biayanya hanya dibayar seikhlasnya saja. Tetapi, selang tiga bulan mengikuti terapi, tak ada perkembangan yang terjadi pada Keefandra.
Kondisinya masih sama, malah berat badannya tambah menyusut hingga kini. ”Terapinya cuma dipijit-pijit saja di bagian kaki, karena nggak ada perubahan akhirnya sekarang sudah nggak pernah terapi lagi,” terangnya. Keefandra hingga saat ini masih rutin mengikuti posyandu di puskesmas.
Bahkan, pihak puskesmas juga sering mengantarkan stok biskuit dan susu untuk anaknya. Indah menambahkan pihak puskesmas juga sering menyarankan dirinya agar segera melakukan operasi untuk pengambilan cairan di kepala Keefandra.
”Tapi, ya mau gimana, saya bingung. Di samping nggak ada biaya ngurus, terus saya ndak tahu harus minta bantuan awal ke siapa,” terangnya. Dinsos Kabupaten Mojokerto berencana akan mengunjungi rumahnya untuk melakukan pendataan. ”Katanya hari ini (kemarin, Red) tapi ndak tahu juga saya tunggu dari tadi (kemarin, Red) belum datang juga,” bebernya. (oce)