KEBERADAAN jembatan timbang Trowulan belum berfungsi maksimal. Jam operasional dilakukan secara acak dan tidak lebih dari delapan jam sehari. Alhasil, ratusan truk bermuatan lebih melenggang bebas keluar masuk ruas jalan trans nasional dan wilayah Kabupaten Mojokerto.
Penanggungjawab Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Trowulan Imam Nawaji mengatakan, sejak dua tahun silam status Jembatan Timbang Trowulan telah aktif. Hanya saja, selama ini penyelenggaraannya tidak berjalan maksimal sebagaimana semestinya. Tetutama, terkait jam operasional timbangan yang tidak berjalan optimal. ”Kadang buka siang, kadang juga malam, tidak bisa 24 jam,” ungkapnya kemarin.
Menurut dia, minimnya jumlah personel membuat operasional tidak bisa dilakukan selama 24 jam penuh. Jembatan timbang dioperasikan secara acak dengan jam operasional yang juga berubah-ubah. ”Kadang sore, pukul 15.00 hingga pukul 18.00. Tapi, jamnya kita acak juga, agar sopir tidak melintas saat jembatan timbang tutup,” tambahnya.
Dalam sehari, lanjut Imam, maksimal jembatan timbang hanya beroperasi selama enam hingga delapan jam. Sejak 2016 silam, Jembatan Timbang Trowulan dikelola Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dengan unit pelaksana dipegang Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) wilayah IX Jatim.
Selama pengalihan itu, jembatan timbang sempat tidak beroperasi bertahun-tahun. Baru awal 2018, jembatan timbang mulai kembali aktif. Namun demikian, pengaktifan ini tidak dibarengi dengan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Disebutnya, saat ini, jumlah personel di UPPKB Trowulan sebanyak 17 orang.
Jumlah ini dirasanya tak ideal untuk memenuhi tuntutan operasional 24 jam. ”Idealnya, 45 orang yang dibagi menjadi tiga regu. Satu regu itu 15 orang dan bekerja selama 12 jam,” terangnya. Kini, 17 petugas yang ada tentunya tidak mampu mengemban tugas operasional. Imam mengakui, tak maksimalnya jam jembatan timbang juga berpengaruh terhadap jumlah kendaraan bertonase lebih yang melintas dan lolos dari penindakan. Perbedaan itu bahkan turun hingga 80 persen. ”Dulu bisa di atas 1000 LHR (lalu lintas harian rata-rata). Sekarang, paling sekirat 200 kendaraan yang masuk ke timbangan,” pungkasnya. (adi)