Hasrat kawula muda tampil elegan saat lebaran, rupanya tak bisa dibendung. Meski masih dalam situasi pandemi, tak menyurutkan kalangan ini harus berbusana trendy. Mereka pun bisa memakai setelan yang simpel dan tetap tampil modis.
SITUASI lebaran nanti bisa dipastikan masih terbatas layaknya tahun lalu. Pemerintah kembali menggulirkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) serta larangan mudik dengan dalih untuk mencegah penyebaran Covid-19 lebih luas terhitung mulai 6 hingga 17 Mei.
Akan tetapi, pembatasan itu tak lantas menghentikan keinginan masyarakat dalam bersilaturahim dengan keluarga maupun kerabat dekat di suasana yang fitri nan suci nanti.
Dengan memanfaatkan teknologi informasi, mereka pun bersiap menyambut bulan syawal dengan gegap gempita. Nah, mengenakan busana baru pun juga masih menjadi tradisi yang tak bisa dipisahkan. Mereka seolah berlomba menampilkan model terbaru yang istimewa nan sedap dipandang. Tentunya juga nyaman dan tidak menguras kantong mengingat situasi ekonomi masyarakat yang belum seutuhnya pulih pasca pandemi Covid-19 bergulir setahun belakangan.
Jenis model seperti inilah yang kini kian diburu konsumen, khususnya para generasi milenial yang eksistensinya dituntut tampil beda setiap saat di media sosial (medsos). Tak jarang mereka juga berburu rancangan busana casual yang tidak ada di rumah mode atau toko busana lain.
Seperti yang dialami Lyna Desriana, desainer muda asal Desa/Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto. Sejak sebulan terakhir, 7 dari 12 unit modest wear miliknya telah laku diburu pembeli.
Sebagian besar adalah jenis busana ready to wear atau casual etnik yang ia produksi awal April lalu. ’’Meski terbatas, namun banyak dari pembeli yang ingin eksis lewat media sosial. Jadi mereka tetap tertarik membeli,’’ terangnya.
Meski demikian, Lyna tetap memperhatikan perkembangan bahan dan motif yang ngetren belakangan ini. Di mana, bahan dengan harga terjangkau justru lebih banyak diminati. Seperti kain katun atau sifon yang mudah dipadupadankan dengan batik ecoprint atau manik-manik sebagai asesorisnya.
Untuk menampakkan kesan elegan, owner Rasuan Lampahan Gallery ini memilih warna yang soft dan nude. Seperti cream, coklat tanah dan hitam. Warna tersebut diambil dari warna pohon dan daun jati yang sudah kering. Sehingga kesan alami dan berkualitas tetap terlihat. ’’Terinspirasi dari pohon jati sebagai pohon yang kuat dan berkualitas. Harga bahan katun masih terjangkau tapi bisa dipadukan dengan bahan yang mahal seperti brokat,’’ tambahnya.
Untuk lebih meramaikan gaya, Lyna menambah sentuhan dengan sejumlah pernak-pernik dan asesoris di bagian atasan busana. Yakni rompi yang dipadukan dengan topi, kalung dan manik batu-batuan etnik. Pilihan baju atasan tak lepas dari fungsinya yang dominan tampil di beranda media sosial, khususnya instagram lewat foto selfie atau wefie para penggunanya. ’’Karena selama ini orang-orang sering selfie, jadi yang sering terlihat hanya atasannya saja,’’ pungkasnya.
SEMENTARA itu, Tren baju untuk kalangan pria, mengalami banyak pergeseran. Kini kaus custom bertema Lebaran justru digandrungi. Terutama anak-anak muda yang ingin tampil beda. Gaya simpel namun tetap modis membuat mereka lebih senang memakai kaus dengan quotes yang tak jarang menggelitik.
Kaus custom bertema lebaran setidaknya muncul sejak beberapa tahun terakhir. Begitu pengamatan pemilik vendor kaus custom rezim.id Rizqi Imam Suhada. Selama ini, ia mengaku sudah melayani pesanan kaus-kaus dengan berbagai tema. Termasuk tema-tema seputar Lebaran.
Pria 34 tahun ini mengatakan, momen Lebaran lima tahun lalu, ia mecoba membuat produk kaus dengan desain seputar Lebaran. Dibuka untuk lapak, kaus dengan tulisan seperti kaos riyoyo, sepurane, atau gambar kaleng khongguan itu laris manis terjual. ”Ternyata ramai peminatnya, jadi tiap tahun kita bikin,” katanya.
Lebaran tahun lalu saja, Distro miliknya yang berada di Jalan Randu Gede, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto ini mampu menjual ratusan kaus custom. ”Kita stok sampai belasan lusin dengan macam-macam desain Lebaran pasti ludes. Apalagi kita juga buka lapak Ramadan,” imbuh Rizqi.
Hampir seluruh komsumen rezim.id. adalah kalangan remaja. Kengandrungan mereka pada kaus custom bukan tanpa alasan. Kaus custom dirasa menjadi pertemuan paling pas antara momentum Lebaran dengan selera ala anak muda yang selalu ingin tampil beda. Tak hanya untuk dipakai sendiri, ada juga yang beli untuk parcel Lebaran. Bahkan, tidak sedikit keluarga yang sepakat memakai kostum Lebaran dengan kaus custom. ”Kalau sekarang lebih ke order satuan. Jadi orang pesen bawa desain sendiri. Rata-rata alasan custom satuan biar nggak sama dengan yang lain,” jelasnya.
Dengan harga satuan yang hanya berkisar Rp 60 ribu hingga Rp 90 ribu, para pelanggan bisa datang dengan membawa desain sesuka hatinya. Kemewahan ini ditambah dengan layanan sablon bijian yang semakin mempermudah para pelanggannya. ”Soalnya kalau pakai kaus custom bisa sesuai selera. Tidak baju lebaran yang formal itu-itu saja,” ungkap salah satu penguna kaus custom Aditya Dwi Laksono.
Remaja 20 tahun ini mengaku sudah tiga Lebaran terakhir menggunakan kaus dengan tulisan-tulisan nyentrik. Koleksinya juga sudah banyak, ada yang tulisan Marhaban Ya Ramadan hinga tulisan sepurane dengan desain tipografi yang mirip supreme. Menurutnya, penggunaan kaus custom juga menyesuaikan. Lebih banyak dipakai untuk acara silaturahmi keluarga. ”Kalau solat Id tetap pakai baju koko. Tapi setelah itu baru dipakai kaus custom itu,” katanya.