DAWARBLANDONG, Jawa Pos Radar Mojokerto- Derita warga terdampak luapan Sungai Lamong di wilayah Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, tak kunjung tuntas. Selama puluhan tahun ancaman bencana banjir itu tak juga ada solusi. Pemerintah daerah juga tak memiliki wewenang melakukan upaya normalisasi. Sebab Sungai Lamong berada di bawah kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
Terbukti, baru genap seminggu di awal tahun ini saja, sudah dua kali permukiman warga direndam banjir. ’’Lagi-lagi ada dua dusun dari dua desa yang terdampak,’’ ungkap Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto, M. Zaini, kemarin.
Dua desa itu adalah Dusun Klanting, Desa Pulorejo, dan Dusun Balong, Desa Banyulegi. Zaini mengungkapkan, dua desa terdampak tersebut sudah dua kali direndam banjir akibat luapan Sungai Lamong di awal tahun ini. Untuk kali kedua ini, luapan sungai tergolong lebih parah dibanding sebelumnya. Jika sebelumnya ketinggian air hanya selutut, kemarin ketinggiannya mencapai pusar atau sekitar 70 cm untuk di dalam rumah. Sedangkan di jalan lingkungan ketinggian air banjir mencapai 60 cm. Khususnya, di Dusun Klanting. ’’Ada enam rumah yang terendam,’’ ujarnya.
Selain merendam permukiman warga, luapan air turut merendam areal persawahan sekitar 20 hektare di dusun setempat. Sementara di Dusun Balong, Desa Banyulegi, untuk banjir kedua ini rumah warga yang terendam terdata ada 15 unit dari sebelumnya 12 rumah. Genangan air dalam rumah warga rata-rata sekitar 20-30 cm. Sedangkan, di jalan raya ketinggian airnya mencapai 40-50 cm. Sehingga, situasi ini lagi-lagi sempat membuat para pemilik rumah mengungsi. Aktivitas warga juga mengalami kelumpuhan. Air juga merendam sekitar 25 hektare persawahan di dusun tersebut.
Zaini menegaskan, luapan Sungai Lamong ini akibat hujan deras yang mengguyur wilayah hulu dalam sepekan kemarin. Meliputi, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Bojonegoro, dan Kabupaten Mojokerto sendiri. ’’Karena dua hari terjadi hujan deras membuat debit air juga meningkat hingga akhirnya kembali meluap,’’ terangnya.
Zaini menjelaskan, banjir akibat Sungai Lamong memang mengalami pasang surut. Hal itu menyesuaikan dengan potensi hujan deras selama cuaca esktrem. Artinya, meski di Mojokerto tidak sedang turun hujan, potensi banjir di Dawarblandong masih ada. ’’Bisa saja air kiriman dari hulu Sungai Lamong. Karena sungai ini melintasi beberapa daerah,’’ tandasnya.
Meski status sungai berada di bawah kewenangan BBWS, bukan berarti BPBD diam begitu saja. Beberapa kali pemkab mengirim surat untuk mendorong BBWS Solo dan Pemprov Jatim melakukan penanganan lebih serius. Sekaligus menjadikan normalisasi Sungai Lamong sebagai prioritas agar tidak menjadi langganan bencana banjir yang berkepanjangan.
Sementara, bencana tahunan ini juga mulai direspons Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Hari ini orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut dijadwalkan melakukan peninjauan ke dua lokasi. Di antaranya, di Desa Banyulegi, Kecamatan Dawarblandong, yang menjadi korban luapan Kali Lamong dan di Dam Sungai Sadar, Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari. Dam ini sebelumnya diketahui jebol akibat diterjang luapan air di tengah hujan deras beberapa waktu lalu.