TROWULAN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Puluhan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Desa Domas, Kecamatan Trowulan jadi korban penarikan uang bantuan pengganti Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Mereka mengeluhkan penarikan uang bantuan sampai harga bahan pokok yang lebih mahal dari harga pasaran.
Nuni Kusmita salah satu KPM dibuat terkejut lantaran uang Rp 600 ribu yang baru diterimanya Sabtu (28/2) lalu dari Kementerian Sosial RI lantas ditarik oknum warga yang mengatasnamakan pendamping desa.
Uang bantuan tiga tahap Januari, Februari, dan Maret itu dikembalikan ke oknum warga yang mengaku suruhan pendamping desa.
Itu untuk dibelanjakan kebutuhan bahan pokok di salah satu E-Warung yang sudah ditunjuk. ”Tentu kecewa, padahal di desa-desa lain tidak, ini harga bahan pokoknya juga lebih mahal dari pasaran,” ungkapnya.
Komoditas beras misalnya. Di E-Warung ini dibandrol harga Rp 10 ribu per kilogram, padahal dengan kualitas yang sama, di pasaran hanya sekitar Rp 9 ribuan per kilogram. ”Begitu juga telur, namun saat saya timbang beratnya tidak sampai satu kilogram, hanya sekitar 8 ons lebih,” ungkapnya.
Sebelumnya, penyaluran uang pengganti BPNT Kemensos RI di Desa Domas, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto gaduh. Itu setelah ada puluhan keluarga penerima manfaat (KPM) diminta mengembalikan uang Rp 600 ribu yang diterima untuk dipaksa belanja di salah satu agen E-Warung. Ironisnya lagi, para warga ini juga diancam dicoret jadi penerima jika tak menurutinya.
Kegaduhan ini puncaknya kemarin (7/3). Itu setelah sebelumnya, perangkat desa setempat banyak didatangi warganya melaporkan atas tindakan oknum yang mengatasnamakan pendamping pangan untuk menarik uang yang sudah disalurkan PT. Pos Indonesia pada Sabtu (28/2). ”Jadi beberapa kali saya didatangi warga saya ke rumah, katanya uangnya diminta lagi untuk dibelanjakan di salah satu pendamping,” ungkap Kades Domas Selamet Purwanto, kemarin.
Sontak banyaknya laporan membuatnya tak ambil pusing. Tak mau ambil resiko, untuk mencegah kegaduhan melebar, dirinya melakukan penelusuran terhadap oknum warga yang melakukan penarikan di wilayah dua dusunnya. Benar saja, hasil penelusuran di lapangan terdapat empat orang yang melakukan penarikan. Masing-masing, dua warga di Dusun Kasihan dan dua orang lagi di Dusun Temboro, Desa Domas. ” Dari pengakuan orang-orang itu, katanya disuruh oleh mbak Arik dan Fitri, mbak Fitri ini kebetulan E-Warung di Desa Bejijong, dia istrinya pendamping pangan Dinsos,” tegasnya.
Yang jadi ironi, penarikan itu diwarnai intervensi terhadap warganya. Siapa saja yang tidak mau mengembalikan untuk dibelanjakan di salah satu E-Warung para penarik ini mengancam bakal mencoret dari sasaran penerima. ”Jadi banyak warga yang takut, jumlahnya puluhan warga, tapi ada juga warga yang tidak takut dan melawan serta memaksa belanja sendiri,” ujarnya. (ori/fen)