27.8 C
Mojokerto
Friday, June 9, 2023

Diserang Hama, Panen Cabai di Dawarblandong Mojokerto Anjlok

DAWARBLANDONG, Jawa Pos Radar Mojokerto – Memasuki masa petik, petani cabai di Kecamatan Dawarblandong belum bisa semringah. Pasalnya, serangan kutu daun membuat hasil panen anjlok. Penurunan produksi diperkirakan bisa mencapai 60 persen.

Masa panen cabai di Kecamatan Dawarblandong sudah berlangsung sejak sepekan terakhir. Rata-rata petani baru sekali petik. Salah satunya Mohammad Kholik. Petani asal Dusun Guyangan, Desa Madureso, ini baru saja memanen sekitar 43 kilogram (kg) cabai dari panen pertama. ”Bulan 10 itu kan petani di daerah Kecamatan Dawarblandong sudah mulai tanam karena sudah ada hujan, jadi sekarang memang sudah waktunya panen,” ujarnya, kemarin (6/1).

Menurutnya, harga cabai di tingkat petani saat ini sekitar Rp 50 ribu per kg. Bagi Kholik, harga tersebut sudah bagus dan harusnya bisa membuat untung petani. Namun, di awal musim panen ini mereka belum bisa banyak menikmati hasil. Penyebabnya, jumlah panen cabai mengalami penurunan drastis akibat masifnya penyakit tanaman.

Baca Juga :  Diperiksa Polisi Kota Mojokerto, Bandar Jual Beli Arisan Mengaku Perantara

Kholik menyebut, banyak daun cabai mengalami keriting karena diserang hama. Kondisi tersebut membuat tak sedikit tanaman yang gagal berbuah. ”Daunnya mengkeret dan brintik. Otomatis tidak bisa berkembang dan buahnya pun sangat berkurang,” kata dia.

Banyaknya tanaman cabai yang tak berbuah membuat hasil panennya merosot. Yang dirasakan Kholik di panen pertama ini anjlok sekitar 60 persen dibanding dengan musim panen sebelumnya. ”Kalau dulu sekali panen bisa dalam satu kuintal lebih, sekarang cuma sekitar 40 kilogram lho,” tuturnya.

Menurutnya, serangan hama tersebut dikeluhkan hampir seluruh petani cabai di Kecamatan Dawarblandong. Dia tak tahu penyebab munculnya penyakit ini. Yang pasti, keberadaannya telah merugikan petani. ”Sudah seperti wabah, seperti Covid-19 itu, semuanya kena,” bebernya.

Sementara itu, petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kecamatan Dawarblandong dan Jetis Fathur Rohman mengungkapkan, penyakit kutu daun memang sedang menjadi semua petani cabai di wilayahnya. Tungau bernama aphid sp itu menghisap cairan daun yang masih muda sehingga mengakibatkan pertumbuhan terganggu. ”Sifat aphid menghisap daun sehingga mengeras. Akhirnya daun mengeras dan membuat pertumbuhan terganggu,” jelasnya.

Baca Juga :  Mojobatik Festival 2022, Manfaatkan Promosi Wisata Kota Mojokerto lewat Event

Serangan hama ini sudah terjadi sejak masa tanam sampai musim panen ini. Munculnya hama tersebut karena cuaca yang lembab. Kondisi ketika siang panas dan sore mendung tanpa hujan membuat serangan kutu daun terus meluas. ”Seandainya ada hujan deras rutin justru penyakit ini tidak muncul,” tandasnya.

Penanganan penyakit kutu daun sejauh ini dilakukan dengan cara umum seperti menyemprotkan obat kimia maupun obat hasil racikan sendiri. Penanganan ini diharapkan dapat menghambat penyebaran penyakit. ”Penyemprotan tiga kali sehari dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan kutu daun juga,” terang Fathur. (adi/ron)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/