KEHADIRAN pencak silat dalam kehidupan masyarakat Mojokerto hari ini tak lepas dari nilai atau filosofi yang ditanamkan para pendiri dan sesepuh perguruan silat itu sejak dulu. Di mana, silat bukan untuk bahan gaya-gayaan untuk alat untuk menyombongkan diri. Tapi sebagai alat pembinaan dan pemantapan mental-spiritual, kesehatan jasmani, pembelaan diri, hingga penanaman seni dan budaya tradisional.
Ketua IPSI Kabupaten Mojokerto, Samsul Muarifin mengatakan, perkembangan pencak silat hari ini sejatinya sudah lebih baik. Di mana, empat nilai yang terkandung sudah dilegitimasi lewat AD/ART IPSI. Itu dimaksudkan untuk meresmikan silat sebagai aktivitas yang diakui di mata dunia. ’’Dulu silat khan tradisional. Semula dimulai dari ajang pencak dor yang mempertandingkan antarperguruan. Nah, untuk bisa diakui oleh UNESCO, maka harus diresmikan lewat organisasi IPSI tahun 1948,’’ katanya.
Di Mojokerto, silat tenyata juga sudah diminati masyarakat sejak era penjajahan. Dimulai dari 5 perguruan besar seperti Persaudaraan Setia Hari Terate (PSHT) dari Madiun, Tapak Suci dari Jogjakarta, Perisai Diri dan Marabunta yang sama-sama dari Surabaya serta Dali Kumbang dari Mojokerto.
Bahkan, Dali Kumbang sendiri sudah eksis dan berdiri sejak tahun 1962 dengan pendirinya bernama Kapten Kamas Setyoadi dengan nama Kucing Hitam. Kemudian disempurnakan lagi oleh KH. Chusaini Ilyas menjadi nama Dali Kumbang yang berfilosofi sebagai pertahanan diri tanpa menyerang. Termasuk nilai-nilai yang ditanamkan turut direvisi lewat gerakan kembangan atau bukaan sebelum memulai pertarungan.
Salah satunya gerakan Alif yang menunjuk tangan ke atas sebagai penguatan jati diri manusia sebagai hamba dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan cara tersebut diakui sebagai upaya pembinaan mental-spiritual yang ditanamkan seluruh perguruan kepada para pendekar atau pengikutnya. ’’Sebenarnya semua perguruan itu ada semua (pembinaan mental-spiritual). Cuman memang berbeda caranya. Setiap perguruan itu pasti ada salamnya sebelum memulai pertarungan. Termasuk juga menepuk tanah dengan bacaan khusus berupa surat Al Alaq. Yang menunjukkan bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah,’’ tegasnya.
Termasuk pula penamaan pencak silat sendiri yang berfilosofi dari dua penggalan kata. Yakni pencak yang berarti melangkah, dan silat yang diartikan silaturahim. Sehingga pencak silat bisa dinamai sebagai langkah untuk menjalin hubungan silaturahim, bukan untuk kesombongan atau gaya-gayaan. ’’Sebenarnya semua pendahulu sudah menanamkan nilai-nilai mulia,’’ tambahnya.
Di Mojokerto sendiri, perguruan pencak silat diakui Samsul cukup berkembang pesat. Bahkan jumlahnya mencapai 18 perguruan yang sudah diakui. Mulai dari Dali Kumbang, PSHT, PSHW, Tapak Suci, Perisai Siri, Paguyuban Perisai Diri, Persinas Asad, Pagar Nusa, Perisai Putih, Elang Putih, Bakti Persada, Pandawa, Pamur, Ksatshiba, Jet Sudo, Kera Sakti, Cempaka putih, dan Nur Harias. (far/fen)