KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Presiden RI Joko Widodo me-launching dimulainya gerakan bioetanol tebu untuk ketahanan energi di PT Energi Agro Nusantara (Enero), Gempolkrep, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jumat, (4/11). Jokowi juga menargetkan lima tahun Indonesia bisa swasembada gula agar tak bergantung luar negeri.
Swasembada gula dan energi ini dimulai dengan menanam tebu varietas unggulan yang ditanam secara modern. Sehingga diharapkan produktivitas dari hasil tanaman itu menjadi lebih baik dan meningkat. Sebab, hingga kini, Indonesia masih melangsungkan impor gula konsumsi 1.088.000 ton per tahun.
’’Itu jumlah yang sangat besar. Itu baru untuk yang konsumsi. Yang industri 3.569.000 ton per tahun. Padahal kita tahu di tahun 1800-an, Indonesia ini adalah raja gula, ekspor kita ke mana-mana saat itu. Pertanyaannya kenapa dulu yang mengekspor, tapi sekarang mengimpor, pasti ada sesuatu yang salah yang harus kita luruskan,’’ tegasnya.
Oleh sebab itu, Jokowi memerintahkan Menteri BUMN Erick Thohir untuk menyiapkan bibit-bibit varietas yang paling baik. Termasuk menjalin kerja sama dengan Brazil yang sudah memiliki pengalaman dan managemen apik tentang tebu dan gula. ’’Kita harapkan dengan cara penanaman yang baik, yang modern ini, dalam lima tahun ke depan, kita bisa mandiri dan ketahanan pangan kita. Utamanya gula bisa kita lakukan sendiri, tanpa harus mengimpor, tapi memang butuh waktu dalam jangka lima tahun ke depan. Target kita seperti itu,’’ paparnya.
Apalagi, belakangan semua negara tengah pusing untuk urusan pangan dan energi. ’’Dan kita punya kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah ini,’’ tegasnya. Hanya saja, lanjut Jokowi, proses ini membutuhkan keseriusan. Sebab, jika pemerintah mau membuat E5 saja, membutuhkan 350 ribu kiloliter. Sedangkan, PT Enero ini masih memproduksi 30 ribu kiloliter. ’’Artinya, untuk E5 saja kita butuh 10 pabrik seperti pabrik (Enero) ini. Bayangkan, itu baru E5. Kalau nanti kita masuk ke E20, kita butuh berapa? Tinggal kalikan saja,’’ tandasnya.
Sehingga, hemat Jokowi, meski langkah ini membutuhkan investasi yang tidak sedikit, pemerintah tetap berkomitmen. Sehingga nantinya, selain kebutuhan gula terpenuhi, ada molase yang dipakai untuk membangun industri etanol. ’’Membangun industri bioetanol yang juga akan memperkuat energi kita. Kita tahu separo dari energi yang kita gunakan, BBM yang kita gunakan 50 persen impor semuanya. Tidak boleh kita terus-menerus seperti ini. Karena kita mampu, kalau tebu ini berhasil, kemudian B30 sawit bisa ditingkatkan lagi, ini akan memperkuat ketahanan energi negara kita Indonesia,’’ bebernya.
Selain itu, sinergitas apik antara pabrik gula dan petani juga diperlukan. Sebagai langkah, perusahaan harus mengganti mesin lama dengan mesin modern. Sehingga nantinya akan berdampak pada kenaikan rendemen. ’’Petani nanti juga diuntungkan, karena rendemennya naik,’’ tuturnya.
Usai meresmikan produksi bioetanol tebu, Jokowi dan rombongan melanjutkan kunjungan ke kebun tebu di Dusun Temugiring, Desa Batankrajan, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto untuk berdialog dengan puluhan petani. ’’Tanah di sini sudah subur tidak perlu pemupukan nitrat dan potas. Ini sangat bagus. Dilihat hasilnya juga luar biasa. Biasanya, di Brazil nongolnya hanya dua, di sini bisa nongol empat sampai lima. Sehingga kalau kita bisa betul-betul menyiapkan 700 ribu hektar kita akan mandiri dan kita akan swasembada gula dalam lima tahun ke depan,’’ jelasnya. (ori/ron)