27.8 C
Mojokerto
Friday, June 9, 2023

Dilanda Banjir, Warga Mulai Diungsikan

SOOKO, Jawa Pos Radar Mojokerto – Genangan air yang terus naik ke permukiman membuat sejumlah warga Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, terpaksa harus dievakuasi. Mereka dibawa ke rumah-rumah warga yang lebih aman dan tidak terendam. ’’Sejumlah warga yang mengungsi sudah ada. Tapi di rumah keluarga yang tidak terdampak,’’ ungkap relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana), Imam Syaifuddin, tadi malam.

Tim gabungan terdiri dari BPBD, pemdes, Tagana, Dinkes, TNI, Polri, dan sejumlah relawan membantu evakuasi warga yang rumahnya teredam banjir. ’’Untuk dapur umum (DU) kemungkinan besar segera didirikan. Masih menunggu koordinasi. Saat ini, petugas dan relawan fokus bantu evakuasi warga,’’ paparnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto M. Zaini menyatakan, semua kemungkinan hingga tadi malam masih bisa saja terjadi, termasuk potensi mendirikan dapur umum (DU).

Sebab, tren air luapan sungai berangsur-angsur mengalami kenaikan. ’’Rumah dan fasilitas umum yang terdampak juga bertambah,’’ ungkapnya.

Baca Juga :  Duta Genre 2022, Figur Teladan dan Jadi Motivator Kesehatan bagi Remaja

Banyak faktor yang mempengaruhi banjir langganan di Desa Tempuran tersebut. Menurut Zaini, meski tahun lalu normalisasi Sungai Watudakon dan Balongkrai sudah dilakukan, potensi banjir di Desa Tempuran memang tak bisa dihindari. Terutama, saat hujan deras dalam waktu lama di kawasan Jombang. ’’Sebab, dasarnya banjir ini merupakan kiriman dari Sungai Gunting,’’ tuturnya.

Air luapan afvour Sungai Gunting ini merupakan air kiriman dari wilayah Jombang. Zaini menyebutkan, selain faktor hujan, enceng gondok di sepanjang aliran sungai turut menjadi pemicu. Diperparah dengan kondisi Dam Sipon yang tidak berfungsi secara baik. Meski tiga pintu dam di Desa Pagerluyung, Kecamatan Gedeg, itu terbuka semua, namun tak bisa bekerja maksimal. Banyak sumbatan sampah berupa sampah kayu yang bersarang di dalam pintu dam.

Dengan begitu, derasnya kiriman debit air tak seimbang dengan debit air yang menuju Sungai Brantas melalui dam yang dibangun pada tahun 1970-an ini. ’’Air yang keluar ke Brantas masih kecil. Sampah enceng gondok dan ranting menumpuk di pintu air. Kalau air besar begini tidak bisa diambil karena arusnya deras,’’ katanya.

Baca Juga :  Perbaikan Tanggul Jebol di Mojokerto Butuh Waktu Sebulan

Sehingga meski sudah dilakukan normalisasi sungai membuat air tak bisa terbuang dengan cepat. Tersumbatnya pintu air tersebut mengakibatkan Sungai Watudakon dan Balongkrai meluap ke permukiman warga.

Dengan demikian, lanjut Zaini, pasca dilakukan normalisasi, seharusnya ada petugas khusus penjaga pintu di dam. Selain itu, perlu adanya pemasangan jaring untuk menyaring sampah agar tidak sampai masuk dam. ’’Sungai meluap itu faktornya banyak. Harus dilihat dari hulu sampai hilir. Seperti banjir di Jakarta, ternyata air cukup besar kiriman dari Bogor,’’ paparnya.

Zaini menyebutkan, derasnya air kiriman dari Jombang disebabkan karena serapan air di wilayah atas minim. Otomatis, air hujan langsung ke sungai. ’’Hutannya habis. Alih fungsi lahan cukup besar. Jadi perkebunan dan rumah-rumah, serta banyak lagi faktornya,’’ pungkas Zaini.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/