KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Memasuki awal tahun 2023, Kabupaten Mojokerto disambut dengan sejumlah potensi bencana. Hal itu seiring dengan tingginya potensi cuaca ekstrem yang diprakirakan bakal terjadi hingga beberapa waktu kedepan. Bencana banjir, longsor, hingga angin kencang tengah mengintai wilayah 18 kecamatan.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Mojokerto Djoko Supangkat mengatakan, berdasarkan data BMKG, dalam sepekan kedepan potensi cuaca ekstrem meningkat drastis. Hal itu seiring dengan terjadinya dinamika atmosfer yang signifikan di langit Mojokerto. Mulai dari fenomena aktifnya La Nina hingga gelombang Rossby dan Kelvin yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.
’’(Peringatan dini dari BMKG) ini untuk sepekan kedepan. Karena adanya dinamika atmosfer yang terjadi, potensi cuaca ekstrem di Mojokerto juga meningkat,’’ ungkapnya, kemarin. Praktis, warga Bumi Majapahit mesti meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di luar ruang hingga sepekan kedepan. Itu karena warga Mojokerto dibayangi tingginya potensi bencana banjir, longsor, hingga angin kencang. Terutama, bagi masyarakat yang berada di dataran tinggi maupun sepanjang aliran sungai. ’’Untuk potensi bencana angin kencang, ini bisa terjadi di seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto,’’ terangnya.
Menurutnya, saat ini warga Mojokerto tengah menghadapi masa puncak cuaca ekstrem. Djoko menyebut, rentang waktu masa puncak cuaca ekstrem kali ini relatif panjang. Yakni, selama trimester awal tahun ini. ’’Data prakiraan dari BMKG menunjukkan, sampai bulan Maret mendatang curah hujan di Kabupaten Mojosari relatif tinggi,” ujarnya.
Rata-rata curah hujan di Kabupaten Mojokerto hingga tiga bulan mendatang, lanjut Djoko, berada di kisaran 300-599 mm. Tingginya curah hujan tersebut bisa dipastikan bakal diiringi dengan sejumlah potensi bencana hidrometeorologi layaknya banjir, hujan es, maupun longsor. ’’Intensitas curah hujan tersebut merata dari wilayah utara hingga selatan Kabupaten Mojokerto. Perlu diwaspadai juga potensi angin kencang, karena diprakirakan kecepatannya mencapai 63 km/jam dengan durasi 5-15 menit yang dipicu pergerakan awan cumulonimbus,’’ papar Djoko.
Mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan, BPBD terus berkoordinasi dengan pihak terkait. Terutama sektor wisata yang berpusat di wilayah dataran tinggi yang riskan terjadi bencana alam. ’’Kami mengimbau pada masyarakat agar terus meningkatkan kewaspadaan saat terjadi cuaca ekstrem. Kami terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melengkapi sarana dan prasarana kesiapsiagaan bencana maupun menerapkan prosedur darurat saat terjadi bencana. Tentunya untuk mengantisipasi dan meminimalisir dampak bencana,’’ tukasnya. (vad/fen)