KOTA, Jawa Pos Radar Mojokerto – Masjid SMKS 1 Muhammadiyah Kota Mojokerto ambruk, Rabu (1/12) malam. Padahal, bangunan ini sedang dalam pengerjaan.
Iwan, warga sekitar mengatakan, robohnya masjid yang belum selesai itu terjadi sekitar pukul 09.20 malam. Saat itu, dirinya tengah membereskan barang dagangan yang tepatnya berada di depan kawasan sekolah tersebut. Tiba-tiba, terdengar suara keras dari bagian sekolah tersebut. ”Saya kira ada orang tabrakan. Ternyata pas dicek, masjidnya ambruk. Nggak tahu kenapa penyebabnya,” ujarnya.
Padahal, lanjutnya, saat itu hanya ada hujan gerimis dan tidak ada angin sama sekali. Iwan menambahkan, pengerjaan masjid itu sendiri sudah menyentuh hampir selesai. Namun, sejak Senin (29/11), pekerja tak lagi terlihat di lokasi pembangunan. ”Baru dipelur, tapi ruang dalamnya belum diporselen. Atapnya sudah dibangun tapi belum ada menaranya,” ucap bapak satu anak ini.
Sementara itu, Kasi Pendidikan SMK Cabdindik Provinsi Jatim Wilayah kabupaten Kota Mojokerto Muhammad Suwanto enggan memberikan keterangan terkait robohnya bangunan masjid di sekolah tersebut. Sebab, pihak sekolah juga masih berduka. Kepala SMKS 1 Muhammadiyah Kota Mojokerto Sri Wilujeng meninggal dunia, Kamis (2/12) pukul 06.50 pagi. ”Tapi kita pastikan, kalau itu memang swakelola. Dari yayasan sendiri, bukan bantuan. Nanti kita bakal atur waktu dengan pihak yayasan untuk mengecek lokasinya,” tukasnya.
Sementara itu, kepolisian menyelidiki penyebab ambruknya masjid SMKS 1 Muhammadiyah di Jalan Raya Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon. Kemarin (2/12), area reruntuhan dipasang police line. Pihak proyek hingga pengelola yayasan bakal dipanggil.
”Pihak-pihak terkait yang bertanggungjawab, hari ini (kemarin, red) sedang kita data. Siapa-siapa saja yang harus bertanggungjawab,” tegas Kapolres Mojokerto Rofiq Ripto Himawan saat meninjau lokasi, kemarin.
Mereka yang akan dipanggil itu meliputi penanggungjawab proyek, pengelola yayasan, serta sumber pendanaan. Pengambilan keterangan ini untuk mengungkap penyebab runtuhnya bangunan. Antara disebabkan faktor alam atau terdapat unsur kelalaian dalam pengerjaan. ”Apakah ini sebuah peristiwa di luar dari konteks kesalahan yang terjadinya karena alam yang menghendaki atau memang dari tahap perencanaannya ada yang perlu kita luruskan,” jelasnya. (oce/adi/ron)