MOJOKERTO – Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Mojokerto, Djoko Wijayanto menyatakan, program rehabilitasi bangunan kompleks wisata religi Makam Troloyo dalam waktu dekat akan digulirkan.
Setelah disparpora menerima surat keputusan (SK) dari Pemkab Mojokerto, untuk merealisasi program rehabilitasi kompleks makam sesepuh Wali Songo, Syekh Jumadil Kubro tersebut. ”Masih menunggu SK. Masih menunggu pelepasan semua bangunan, kemudian akan direnovasi menjadi bangunan baru,” ujarnya kemarin. ”Mungkin juga (desainnya) seperti bangunan Kerajaan Majapahit,” imbuh Djoko.
Dia menegaskan, pasca SK diterbitkan, pihaknya optimis realisasi program renovasi wisata religi ini rampung tahun ini. ”Pos penjagaan juga akan dibongkar,” tandasnya.
Djoko menegaskan, selama tahap rehabilitasi, para petakziah atau pengunjung wisata religi tetap diizinkan masuk dalam kompleks makam seperti biasa. Sebab, hal itu tidak akan mengganggu rencana pelaksanakan rehabilitasi. ”Rehabilitasi nanti menggunakan dana APBD desa. Kerja sama juga dengan desa setempat,” paparnya.
Sekadar diketahui, membludaknya pengunjung biasanya terjadi pada hari Kamis dan Jumat. Namun, belakangan ini jumlah pengunjung perlahan mulai berkurang. Salah satu di antara penyebabnya karena masih dalam musim penghujan. Di sisi lain, peziarah belum merasakan kenyamanan saat berziarah. Menyusul beberapa atap konstruksi bangunan dalam kompleks makam tidak dilengkapi genting.
”Mereka (peziarah) sudah datang jauh-jauh, tapi di sini ditutup. Ya, memang informasi ke masyarakat tidak sampai dan belum menyebar. Dari situ tidak banyak yang mengetahui,” terang Djoko. Pembongkaran beberapa titik konstruksi atap dikabarkan juga memengaruhi jumlah volume pengunjung. ”Pengunjung sementara berkurang, tetapi ketika nanti renovasinya selesai pasti akan ramai lagi,” jelasnya.
Pembongkaran atap konstruksi jalan di area makam dilakukan sejak tahun kemarin memang kerap mendapat cibiran dari peziarah. Mereka beralasan selama beberapa bulan ditutup demi keamanan dan kenyaman pengunjung sendiri. Pembongkaran semua atap lorong jalan membuat peziarah kebingungan berteduh ketika turun hujan.
”Biasanya paling ramai itu Kamis dan Jumat, tapi akhir ini mulai sepi. Mungkin, karena sering hujan, jadi mereka bingung untuk berteduh,” ujar Ahmad, salah satu warga. ”Itu bangunan atapnya sudah lama, jadi banyak yang rapuh. Sehingga dibongkar dan akan diganti semua,” tambah Sukardi, warga lainnya. (eza)