MOJOKERTO – Wacana merubah kompleks wisata religi Makam Troloyo berdesain ala Majapahitan oleh pemerintah daerah masih menjadi tanda tanya. Sebab, rehabilitasi makam sesepuh wali songo, Syekh Jumadil Kubro, di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, sampai saat ini belum menemui titik terang.
”Semua (konstruksi, Red) dilepas dan akan diganti lebih baru lagi,” ujar Samadi, salah satu pegawai Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Mojokerto, di lokasi. Memang, beberapa bulan lalu, Makam Troloyo sempat ditutup selama hampir dua bulan dengan alasan faktor keamanan petakziah. Hal itu menyusul ambruknya atap utama konstruksi makam.
”Banyak peziarah yang komplain. Katanya, saya kesini dua sampai tiga kali masih tetap saja tutup,” imbuh Samadi menirukan komplain petakziah. Namun, dia enggan menjawab alasan dibongkarnya atap jalan menuju makan Syekh Jumadil Kubro tersebut. ”Saya tidak tahu apa alasannya,” jelasnya.
Banyak peziarah dari luar Mojokerto datang untuk berziarah. Akan tetapi mereka merasa belum mendapat kenyamanan. Salah satunya ketika turun hujan. Mereka terpaksa menggunakan jalan beratap menuju makam untuk berteduh. Sebalik, saat pembongkaran atap jalan dilakukan petakziah kesulitan mendapat tempat berteduh.
”PR (pekerjaan rumah) disparpora sekarang memang menjadikan Troloyo lebih dikenal masyarakat, dan pengunjung tetap banyak lagi,” tegas Samadi. Pasca bangunan atap utama makam ambruk dan beberapa konstruksi bangunan dalam proses perbaikan, jumlah pengunjung di Makam Troloyo memang mengalami penurunan.
Sejauh ini, rata-rata pengunjung datang pada Kamis Kliwon dan Jumat Legi. Di antaranya dari Jombang, Surabaya, Sidoarjo, Krian, Jateng, bahkan Riau dan Palembang. (eza)