Membayar Rindu Momen Lebaran
PELONGGARAN pembatasan aktivitas seolah menjadi angin segar bagi pemudik dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri ke kampung halaman dengan suka cita. Namun bagi sebagian orang, pelonggaran tersebut tak harus dihamburkan-hamburkan secara berlebihan. Dua tahun situasi pandemi Covid-19 seharusnya sudah melatih masyarakat dalam merayakan lebaran secara efektif dan efisien.
Seperti yang tengah dijalani Titis Wahyuningtyas bersama keluarga yang tak ngoyo pulang ke kampung halaman di Desa Temuireng, Kecamatan Dawar. Titis yang kini berdomisili di Semarang memilih tak mudik meski di lebaran dua periode sebelumnya juga tak bisa bertemu sanak saudaranya.
Ia justru memilih berkunjung ke keluarga dan kerabat dekat sang suami di Magelang yang notabene hanya dua jam perjalanan dari Semarang. ’’Sepertinya kami milih mudik ke Magelang dulu, untuk ke Mojokerto-nya sekalian nanti di bulan Agustus bertepatan dengan nikahan saudara,’’ terangnya.
Titis mengaku pilihannya merayakan lebaran tahun ini bukan karena takut atau parno pasca pelonggaran aturan. ’’Justru lebih hemat ketika lebaran saat pandemi dua tahun lalu. Seperti dipaksa berdiam di rumah. Sekarang, kami sudah sudah terlatih, jadi menikmati lebarannya bisa dengan cara jarak jauh seperti video call dan saling kirim hampers,’’ tandasnya.
Semuanya sudah ia siapkan sebelum Ramadan datang. ’’Sejauh ini karena saya juga masih repot dengan bayi, jadi belanjanya dengan cara simple, yakni lewat online. Asal benar dan sudah tahu kualitasnya, jadi tidak zonk. Kalau dengan cara konvensional atau datang ke toko, nanti malah yang dilihat macam-macam, akhirnya tidak jadi hemat,’’ pungkasnya. (far/fen)