KOTA, Jawa Pos Radar Mojokerto – Munculnya kasus difteri di Kota Mojokerto tak lain akibat menurunnya capaian imunisasi dasar lengkap (IDL) di tengah gempuran Covid-19 sebelumnya. Hal itu tak lain karena ketakutan warga untuk membawa anaknya ke fasilitas kesehatan.
’’Terus terang, Covid-19 yang terjadi di tahun sebelumnya akhirnya membuat masyarakat mungkin khawatir datang ke fasilitas layanan kesehatan. Kemudian, waktu imunisasi tidak mau datang akhirnya kelewat imunisasinya,’’ ungkap Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes PPKB) Kota Mojokerto, drg Citra Mayangsari.
Imbasnya, karena tidak ada imunisasi kuat, akhirnya di 2023 ini muncul berbagai penyakit. Mulai campak, kudis, hingga difteri. Hal itu tak lain akibat imunisasi lengkapnya bolong-bolong. ’’Kalau sudah banyak yang bolong-bolong, imunity anak-anak tidak tercapai. Akhirnya banyak kasus, termasuk kewaspadaan adanya difteri,’’ tuturnya.
Menurutnya, imunisasi dasar lengkap yang tersebar di tiga kecamatan sejauh ini kategori bagus. Hanya saja memang ada penurunan dari tahun sebelumnya. Meski sudah tembus di angka 95 persen sesuai yang ditargetkan provinsi, namun tahun ini terjadi penurunan angka. ’’Capaian tetap ada di 95 persen. tapi capaian per person-nya itu agak menurun. Lah, yang bolong-bolong ini kita kuatkan lagi, jangan sampai yang bolong-bolong bertambah, sehingga menyebabkan difterinya ke mana-mana,’’ jelasnya.
’’Tapi IDL kita sudah kuat masih di atas 95 persen, kita melebihi target, cuma ada penurunan sedikit jumlah personal yang diimunisasi,’’ tambah drg Citra menegaskan. Sehingga, sesuai surat edaran Provinsi Jatim, kini pemerintah kota terus gencarkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat untuk disiplin membawa dan melakukan inunisasi anaknya ke faskes. Para puskemas pun diminta swepping imunisasi. ’’Dan setiap bulan juga saya monitor mana puskemas yang belum mencapai target,’’ tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, Pemkot Mojokerto memberi atensi khusus atas kasus difteri yang belakangan bermunculan. Apalagi, di awal tahun ini, di Kota Mojokerto ini ada lima kasus suspect difteri dan tiga kasus positif yang ditangani. Hanya saja, saat dilakukan kroscek statusnya tidak semuanya warga kota. Dua yang dinyatakan positif ternyata warga luar kota.
Sementara itu, satu kasus positif warga terjangkit penyakit yang disebabkan bakteri Corynebacterium diphtheriae ini statusnya warga di Kecamatan Prajurit Kulon. ’’Yang dua, memang dirawat di Kota Mojokerto, tapi KTP-nya bukan warga kota, hanya satu kemarin, dan sudah dilakukan ORI, capaian ORi-nya juga sudah 95 persen, kemarin kita juga sudah kerjasama dengan babinsa, di daerah Kecamatan Prajuroit Kulon,’’ papar drg Citra. (ori/fen)