27.7 C
Mojokerto
Thursday, June 8, 2023

Pesona Situs Sumber Air Abad ke-10 Masehi

Petirtaan Jolotundo

SALAH satu situs cagar budaya berupa petirtaan atau kolam sumber air adalah Petirtaan Jolotundo atau Candi Jolotundo. Dipercaya dibangun abad ke 10 masehi alias sekitar seribu tahun yang lalu, sampai kini situs ini terus dimanfaatkan sebagai tempat wisata, religi, budaya, hingga menjadi sumber air bagi masyarakat Trawas.

Letak situs ini di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Berada di lereng barat Gunung Penanggungan. Situs ini dipercaya dibangun pada abad ke 10 masehi oleh Raja Udayana dari Bali.

Konon, kolam petirtaan ini diperuntukkan anak Raja Udayana yakni Airlangga yang kelak menjadi Raja Kahuripan yang bermukim di Jawa Timur. Meski telah berusia lebih dari 1.000 tahun silam, petirtaan ini masih menjadi magnet bagi masyarakat umum. Situs cagar budaya yang memiliki kolam air bertingkat ini dikunjungi orang dari berbagai daerah. Setiap hari, rata-rata kunjungan wisatawan yang datang mencapai 150 hingga 250 orang.

Baca Juga :  Tradisi Nyadran Sambut Ramadan, Warga Arak Tumpeng Agung

Mereka yang datang tak hanya menikmati keindahan situs cagar budaya yang memiliki relief pengadukan samudera untuk tirta amerta saja. Tak sedikit pula yang mengambil air di kolam petirtaan. Lantaran, banyak yang mempercayai manfaat air Jolotundo memiliki khasiat penyembuhan penyakit.

’’Bahkan ada yang mengambil memakai galon. Per hari, wisatawan yang datang 150 hingga 250 orang. Kebanyakan mengambil air petirtaan untuk penyembuhan,’’ ujar Suwarno, anggota Lembaga Masyarakat Dekat Hutan (LMDH) Seloliman.
Sumber air yang mengaliri situs berada di tingkat atas candi. Terdapat di balik lingga yang kini ditutupi kain.

Sumber tersebut mengalir lewat parit kecil lalu masuk ke tingkat atas Candi Jolotundo. Juga, mengalir ke kolam kiri dan kanan candi yang kemudian terkumpul di kolam bawah. ’’Ikan di kolam bawah ini biasanya dari pengunjung yang hajatnya kesampaian. Setiap hari dikuras agar selalu bersih dan terjaga,’’ tambah dia.

Baca Juga :  CGV Mojokerto, Pengalaman yang Tak Tergantikan

Selain untuk wisatawan, sumber air dari Candi Jolotundo rupanya mengalir ke pemukiman sekitar. Masyarakat Desa Seloliman mendapat berkah air yang mengalir sepanjang tahun. Air itu dimanfaatkan untuk kegiatan rumah tangga hingga pertanian berupa sawah.

Sunaji, juru pelihara Candi Jolotundo mengatakan, sumber air tersebut pernah diteliti dua kali. Pertama oleh peneliti asing sekitar tahun 1980-an dan arkeolog Indonesia tahun 1990-an. ’’Kualitas air di Petirtaan Jolotundo ini disebut yang terbaik kedua di dunia. Karena, kaya mineral dan ber-PH bagus,’’ tandas dia. (fen/ron)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/