SOOKO, Jawa Pos Radar Mojokerto – Bullying yang menimpa pelajar SMPN 2 Sooko, akhirnya mendapat perhatian serius Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, dan Pemberdayaan Perempuan (DP2KBP2) Kabupaten Mojokerto.
Petugas melakukan pendampingan. Baik terkait pemulihan kesehatan maupun psikologi korban yang sebelumnya sempat drop dan trauma.
Kepala DP2KBP2 Kabupaten Mojokerto, Joedha Hadi, mengatakan, aksi bullying di lingkungan sekolah terus menjadi atensinya. Menyusul, polemik ini akan berpengaruh pada keberlangsungan pendidikan siswa. Utamanya bagi pelajar yang jadi korban. ’’Yang jelas, kita sudah melakukan identifikasi mulai awal peristiwa ini,’’ ungkapnya.
Menurutnya, sejak mencuatnya dugaan aksi bullying menimpa siswi kelas VII ini pihaknya langsung menerjunkan tim melakukan kroscek kebenaran peristiwa itu terjadi. Baik mendatangi korban, pelaku, maupun pihak sekolah. Hasilnya, tim DP2KBP2 menemukan sejumlah kejanggalan terkait penanganan. Bagaimana peran guru BK, guru kelas, hingga kepala sekolah. ’’Tapi, sudah kita mediasi. Masing-masing akhirnya juga paham tupoksinya. Semuanya punya tanggung jawab moral untuk mengerti tehadap korban,’’ terangnya.
Sebagai tindak lanjut, tim juga melakukan pendampingan dalam pemulihan fisik maupun psikis yang dialami korban. Sehingga, harapannya, siswi yang kini mengalami cedera pada pergelangan kaki kanannya akibat terjatuh dari tangga sekolah setelah didorong temannya bisa kembali pulih. Bisa bersosialisasi di sekolah. Dan korban bisa berkasitivitas. Tidak dirundung ketakutan atas intervensi dari pihak mana pun. ’’Apalagi, minggu ini juga sudah masuk UTS,’’ tegasnya.
Pihaknya menegaskan, hingga detik ini aksi bullying memang menjadi perhatian serius. Pihaknya mewanti-wanti pihak sekolah agar tanggap terhadap peristiwa bullying yang terjadi di sekolah. Selain agar tercipta saling menghargai dan bisa teratasi dengan baik, juga diharapkan tidak melebar hingga ranah hukum. ’’Sedini mungkin sekolah yang bertanggung jawab. Karena di sekolah tidak hanya transfer ilmu, tapi di mana penerapan etika juga penting,’’ tegasnya.
Pun demikian saat di lingkungan rumah, orang tua juga ikut ambil peran dalam pembentukan karakter anak. Agar tidak terlibat dan terjerumus dalam aksi bullying. Dari data yang ada, aksi buliying di lingkungan sekolah menjadi tren baru sejak dua tahun terkahir. Insiden ini sering terjadi pada anak remaja setingkat SMP dan SMA. Meski akhirnya persoalan ini berakhir diversi. Yakni, pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.
Kasus semacam ini harus menjadi perhatian semua pihak. Karena menimbulkan efek trauma, kebiasaan bully ini akan berpengaruh pada psikologi anak dalam jangka panjang. ’’Korban akan murung dan minder. Kasus ini di kalangan anak-anak remaja lagi ngetren,’’ tambah Ketua Lembaga Pendampingan Perempuan dan Anak (LPPA) Bina Anisa Mojokerto, Hamidah.
Disebutnya, di tahun 2018, ada 13 kasus yang berhasil ditangani. Semuanya berhasil dengan jalan mediasi. Tidak sampai menempuh jalur hukum. ’’Sedangkan untuk tahun ini sampai September ada enam kasus yang sudah kami tangani. Enam berhasil dimediasi dan satu selesai lewat diversi di kepolisian,’’ tuturnya.
Sebelumnya, aksi bullying menimpa pelajar SMPN 2 Sooko, Jumat (6/9). Korban hanya berbaring dan duduk di rumahnya. Sesekali dia merintih lantaran pergelangan kakinya masih terasa sakit. Akibatnya, tidak bisa mengikuti pelajaran sekolah.