JETIS, Jawa Pos Radar Mojokerto – SR, 51, warga Desa Ngabar, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, tewas gantung diri di kamar tidur, Jumat (11/12). Diduga, dia nekat mengakhiri hidupnya dengan sarung itu lantaran kesulitan ekonomi.
Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 04.20 itu sempat menggegerkan warga setempat. Istri korban, Atik, menjerit histeris lantaran mendapati suaminya telah meregang nyawa. Pagi itu, ia hendak membangunkan suaminya yang masih tidur. Namun, ketika membuka pintu kamar, Atik kaget bukan kepalang melihat suaminya dalam keadaan gantung diri.
Belakang diketahui korban sehari-hari bekerja sebagai buruh lepas di rumah industri sepatu. Namun, sejak munculnya pandemi Covid-19 yang merebak beberapa bulan lalu, korban tidak lagi bekerja. ’’Ini sedang libur, semenjak ada korona ini. Biasanya itu kerja di tempat pembuatan sepatu di rumah-rumah gitu,’’ terang Yakaria, putra bungsu korban.
Pria 27 tahun tersebut mengatakan, kondisi korban selama ini sehat tidak memiliki riwayat sakit apa pun. Menurutnya, selama ini suasana di keluarganya juga baik-baik saja. Ia benar-benar terpukul lantaran tidak menyangka dengan apa yang dilakukan orang tuanya itu. ’’Kadang juga kerja garap sawah punya orang. Tapi juga jarang, wong tidak punya sawah sendiri,’’ terangnya.
Sementara itu, Kapolsek Jetis Kompol Suhariyono mengatakan, korban melakukan aksinya menggunakan sarung berwarna krem. Petugas yang datang ke lokasi tempat kejadian perkara (TKP) segera mengevakuasi korban dan melakukan penyidikan. Dari hasil pemeriksaan itu, petugas tidak menemukan bekas tindakan kekerasan pada tubuh korban.
Pihaknya menegaskan korban murni meninggal akibat bunuh diri. Sementara itu, pihak keluarga sudah mengikhlaskan kematian korban serta tidak menuntut secara hukum. Sehingga, pagi itu juga korban dimakamkan. ’’Keluarga korban tidak bersedia bila korban dilakukan otopsi jenazah karena sudah menerima kematian dan tidak menuntut secara hukum,’’ terangnya.
Belum diketahui pasti motif korban sehingga mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Namun, pihaknya menduga, aksi nekat itu karena tekanan ekonomi. ’’Bahwa korban merasa tidak mampu menafkahi keluarga,’’ pungkasnya. (adi)