SOOKO, Jawa Pos Radar Mojokerto – Pasca beredar empat viral video perihal penggerebekan markas Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) di Yaman disertai temuan KTP milik tertulis warga Kabupaten Mojokerto, serta sejumlah uang lembaran rupiah membuat TNI dan Polri di Mojokerto langsung melakukan penelusuran.
Hasilnya, dipastikan jika nama yang tertera dalam KTP yang ditemukan di markas persembunyian jaringan ISIS-AQAP di Al Bayda, Republik Yaman, bukanlah penduduk Kabupaten Mojokerto.
’’Dandim juga anggotanya sudah mengecek, ternyata bukan warga Mojokerto,’’ ungkap Komandan Korem 082/CPYJ Kolonel Inf M. Dariyanto, kemarin. KTP bernama Syamsul Hadi Anwar dengan alamat di Jalan Basket Blok NN Nomor 16, RT 1, RW 12, Perum Japan Raya, Desa Japan, Kecamatan Sooko itu diketahui bukan pemilik rumah. Dari kroscek di lapangan, pemilik rumah sebenarnya sesuai alamat yang tertera di KTP adalah M. Subkhan, bekerja di sebuah diler. Hanya, saat ini pemilik rumah diketahui sudah menetap di Kalimantan.
Sehingga kondisi rumah kosong tanpa penghuni. ’’Memang rumah ini milik orang Mojokerto dan kerja diler, yang dipakai alamat sama KTP itu,’’ ujarnya. Berdasarkan laporan anggota, usai pemilik pindah ke Kalimantan, rumah tersebut disewa (kontrak) oleh salah satu koperasi. Sehingga ada dugaan salah satu pekerja di koperasi yang membuat KTP asli tapi palsu (aspal). Namun, pihaknya masih belum bisa memastikan apakah benar jika nama yang tercantum tersebut adalah salah satu anggota koperasi yang mengontrak di rumah tersebut dan melakukan perjalanan ke Yaman. ’’Saat ini masih terus didalami anggota di lapangan ,’’ tuturnya.
Dia memastikan jika nama yang tercantum di KTP tersebut bukanlah warga kabupaten. Sesuai keterangan ketua RT maupun RW, nama itu tidak terdaftar di RT maupun RW setempat. ’’Yang bersangkutan tidak pernah tinggal di sini (Desa Japan). Namun, KTP itu ada yang nama viral,’’ tambah Kapolres Mojokerto AKBP Donny Alexander di lokasi. Namun, dalam proses penyelidikan, Donny memastikan tidak terhenti begitu saja. Pihaknya masih akan melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait untuk mencari informasi tambahan. Alamat atau nama yang pernah tinggal di rumah untuk bisa menggali lebih dalam. ’’Indikasinya palsu, karena KTP masih bersifat manual,’’ ujarnya.
Kepemilikan rumah itu juga dibenarkan kakak istri Moh Subkhan, Agus Edi Faishol, 52. ’’Iya benar, tapi saya sendiri belum tahu beritanya, KTP-nya juga tidak tahu namanya juga tidak tahu. Cuma ini rumah adik saya, kebetulan saya yang megang kunci saya yang memperbaiki rumah ini tahu-tahu ada berita katanya ini dibuat sarang teroris,’’ katanya.
Agus menambahkan, rumah adiknya sudah sekitar 10 tahun tidak ditempati dan keadaan rumah rusak dan sempat diperbaiki. Agus juga mengaku tidak kenal dengan seseorang bernama Syamsul Hadi Anwar, sesuai KTP yang ditemukan di Yaman. Namun, dia membenarkan jika rumah adiknya tersebut sempat disewakan ke koperasi sekitar empat atau lima tahun lalu. ’’Dikontrak sekali oleh koperasi. Selanjutnya kosong, saya sebulan atau dua bulan sekali mengecek ke sini. Kayaknya KTP itu palsu, karena rumah ini atas nama adik saya,’’ tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dispendukcapil Kabupaten Mojokerto Bambang Wahyuadi menerangkan NIK yang tercantum dalam KTP atas nama Syamsul Hadi Anwar tidak pernah terdaftar di dispendukcapil. ’’Dari hasil pengecekkan NIK dan data tersebut tidak ada di database dukcapil,’’ ungkapnya.Akan tetapi, pihaknya belum bisa memastikan tingkat kepalsuan KTP tersebut. Menyusul, bentuk fisik KTP masih menggunakan desain lama. Sehingga untuk membuka database yang lama perlu koordinasi dengan Kemendagri. ’’Tidak bisa memastikan. Yang jelas tidak ada di database,’’ tandasnya.