27.7 C
Mojokerto
Thursday, June 8, 2023

Sosok Inspiratif Mojokerto: Sri Widawati, Rute Pulang-Pergi Terasa Piknik

MENGABDI tanpa pamrih. Itulah yang diyakini Sri Widawati. Belasan tahun mengabdi sebagai guru honorer, tak menyurutkan semangatnya menempuh puluhan kilometer demi mengajar siswa di SD Negeri Jembul, Kecamatan Jatirejo. Setiap hari, ia keluar dan masuk hutan untuk menyalurkan ilmunya ke anak didiknya.

Profesi sebagai pengajar itu sudah dilakoninya sejak 2008 silam. Berbekal SK mengajar yang diperoleh setelah menempuh pendidikan guru SD di Universitas Terbuka, dia akhirnya melepas pekerjaan yang ditekuni seblumnya. Yakni sebagai buruh pabrik di Surabaya. ”Selama jalan empat semester saat di Universitas Terbuka, saya sudah dapat SK mengajar. Waktu itu ditugaskan di SDN Jembul. Cuma mengajar hari Sabtu saja,” ujar wanita 33 tahun itu.

Setahun kemudian, Sri mulai bekerja penuh di SDN Jembul. Setiap harinya, dia harus menempuh jarak 25 kilometer menuju sekolah yang terletak terletak di bagian paling selatan Kabupaten Mojokerto itu. ”Kurang lebih 40 menitan dari rumah ke sekolah. Untung sekarang jalannya sudah bagus. Kalau dulu masih makadam, jadi harus ekstra hati-hati,” papar perempuan yang tinggal di Dusun Belahan, Desa Gedangan, Kecamatan Kutorejo tersebut.

Baca Juga :  Kades Medali Mojokerto Miftahuddin, Wujudkan Desa Mandiri

Sri mengaku, setiap ada penerimaan CPNS, dia selalu mendaftarkan diri. Begitu pula ketika dibuka pendaftaran PPPK. Ia tak pernah ketinggalan dan terus mencoba. Baik di tahap pertama maupun kedua. ”Kurangnya karena tidak punya sertifikat pendidik. Makanya, nggak lolos. Kalau saya bilang, memang bukan rezekinya,” ujar dia.

Meski masih berstatus honorer, Sri menuturkan, dirinya tak pantang menyerah. Sebab, bagi dia, mengajar dinilai sebagai ibadah. Cita-citanya pun sederhana. Dia ingin membangun SDN Jembul menjadi sekolah yang tidak tertinggal meski letaknya di daerah pelosok. ”Pasti banyak yang ngejek, karena di daerah terpencil. Belum lagi sekolahnya kecil. Saya nggak mau anak-anak SDN Jembul diejek sama sekolah lain dan dianggap tertinggal,” terang ibu dua anak ini.

Dari jerih payahnya sebagai guru honorer, Sri mengaku perbulan hanya mendapat insentif sebesar Rp 300 ribu. Lalu, dia mendapatkan tambahan Rp 100 ribu karena bertugas sebagai operator sekolah. Sehingga, perbulan ia hanya menerima gaji sebesar Rp 400 ribu. ”Alhamdulillah, disyukuri saja. Toh, masalah rezeki sudah ada yang ngatur,” sebut wali kelas II SDN Jembul ini.

Baca Juga :  Moh. Fredy Widyanto, Pengalaman Pertama Jadi Manajer Tim

Sri memaparkan, dia sempat ditawari oleh kepala UPT Kecamatan untuk pindah tugas di sekolah lain. Bahkan, dia pernah mendapat tawaran untuk mengajar di salah satu SDN yang terbilang favorit di Kecamatan Gondang. Namun, Sri menolaknya. ”Gak mau aja. Udah kerasan di SDN Jembul, anak-anaknya polos dan antusias kalau diajak belajar. Belum lagi pemandangan sekolahnya, yang memang membuat nyaman dan betah,” ucapnya.

Selama 14 tahun mengabdi, Sri tak pernah menyesali jalan hidup yang ia pilih. Termasuk rute jauh dari rumah menuju sekolah. Menurut dia, puluhan kilometer yang ditempuhnya terasa seperti berwisata. Tak jarang, dia juga berangkat ke sekolah dengan membawa beberapa sayur dan buah untuk dijual lagi ke guru dan masyarakat sekitar. ”Kalau lagi musimnya apa gitu, saya bawa ke sekolah untuk dijual lagi. Lumayan untuk nambah uang bensin. Rute pulang pergi sudah saya anggap seperti piknik,” pungkasnya. (oce/ron)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/