Berawal dari Sulitnya membuang Kulit Kelapa, Sehari Bisa Raup Rp 20 Juta
Pasangan suami-istri asal Desa Pohjejer, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto itu kini bisa tersenyum sumringah. Kerja kerasnya dalam merangkai dan menyusun sabut kelapa hingga menjadi pot bunga hias yang indah selama empat tahun terakhir itu membuahkan hasil. Puluhan juta rupiah mampu diraup Buang Irawan, 50 dan Apsari Kartika setiap bulan dari kerajinan pot bunga yang mereka produksi.
FARISMA ROMAWAN, Gondang, Jawa Pos Radar Mojokerto
BERAWAL dari kegelisahannya yang sulit membuang sampah kulit yang terkumpul dari hasil jualan buah kelapanya di pasar Pohjejer, Kecamatan Gondang. Buang Irawan berinisiatif mengurai sampah kulit buah tropis tersebut agar bisa dimanfaatkan menjadi sabut yang biasa dijadikan kerajinan tangan.
Semula, Buang hanya menyulap sabut kelapa kering itu menjadi kerajinan keset. Akan tetapi, setelah diotak-atik dan dirangkai sedemikian rupa, Irawan yang dibantu Apsari Kartika, sang istri ternyata mampu menyulap sabut kelapa menjadi pot tanaman. Khususnya tanaman bunga yang biasa dijadikan hiasan di halaman atau depan rumah.
’’Saya berpikir bagaimana cara untuk membuangnya. Memang sebagian kulit kelapa diambil sama orang untuk kayu bakar, tapi masih banyak sisanya. Lalu saya mengambil sedikit untuk dijadikan sabut kelapa dan saya bawa pulang ke rumah,’’ ujarnya. Tak banyak waktu lama untuk bisa menyusun sabut menjadi pot bunga.
Meski membutuhkan sedikit ketelatenan, namun pot dengan ukuran diameter 10 sentitemer (cm) dan tinggi 30 cm bisa diselesaikan hanya dengan 15 sampai 30 menit saja. Berbekal kawat strimin dan logam anti karat sebagai kerangka, pot bunga mampu dibentuk sesuai keinginan. Berbagai motif pot telah diciptakan pasutri yang dikaruniai dua orang anak ini.
Seperti pot kerucut, setengah lingkaran dan bulat. Dalam sehari, mereka bisa memproduksi hingga 100 pot bunga sabut kelapa. ’’Tergantung yang membantu, kalau ada empat orang, sehari bisa seratus biji,’’ tambahnya. Usaha Buang itu memang tak sia-sia. Semakin hari, kerajinan pot bunganya semakin diminati.
Untuk memenuhi permintaan, Buang tidak hanya mengandalkan sabut kelapa dari usaha dagang kelapanya. Tapi juga mengandalkan kiriman dari Madura. ’’Saya sendiri akhirnya sudah tidak menjual kelapa di pasar, fokus membuat pot bunga. Ya, lumayan hasilnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,’’ tegasnya.
Untuk penghasilan sendiri, Buang dan Kartika bisa meraup omzet hingga Rp 20 juta perbulan. Untuk satu pot bunga, ia biasa membandrol Rp 15 hingga Rp 25 ribu. Tak jarang, ia juga mendapat pesanan dari pelanggan, dengan ukuran pot bunga custom dengan ukuran jumbo yang bisa ia hargai senilai Rp 200 ribu.
Selain ke warga sekitar, pot-pot bunga buah tangannya juga dikirim ke sejumlah toko atau stan bunga baik di dalam maupun di luar Mojokerto. Seperti Surabaya, Malang, Sidoarjo hingga Jogjakarta yang sudah banyak memesan pot bunga kreasinya. ’’Biasanya untuk wadah tanaman bunga hias, misalnya anggrek, anglaonema, sanseviera yang sering ditempelkan atau digantung di dinding dan teras depan rumah,’’ pungkasnya. (ron)