30.8 C
Mojokerto
Sunday, May 28, 2023

Kamis Anjawani, Cara Sekolah di Kota Mojokerto Uri-uri Budaya Jawa

Dengan Sehari Berbahasa dan Berbusana Jawa

Kamis (23/2), suasana sekolah di Kota Mojokerto berubah menjadi kental bernuansa Jawa. Tak hanya dari sisi penampilan guru dan siswa yang berpakaian dan beratribut tradisional. Selama sehari, warga sekolah juga berkomunikasi dengan bahasa Jawa dalam program Kamis Anjawani.

RIZAL AMRULLOH, Kota, Jawa Pos Radar Mojokerto

”WEKDAL piwulang kapisan dipun wiwiti”. Kalimat berbahasa Jawa tersebut terlontar melalui pengeras suara setelah bel masuk berbunyi SMPN 7 Kota Mojokerto, Kamis (23/2). Ya, pengumuman yang menjadi tanda dimulainya jam pelajaran pertama itu terdengar berbeda dari biasanya yang menggunakan bahasa Indonesia.

Ya, dalam sehari, semua bentuk komunikasi di lingkungan sekolah menerapkan bahasa Jawa. Mulai kemarin, seluruh SMP negeri maupun swasta di Kota Onde-Onde secara perdana mulai menerapkan program Kamis Anjawani. ”Pokoknya dalam sehari, komunikasi apapun harus menggunakan bahasa Jawa krama madya,” terang Kepala SMPN 7 Siti Nuryati.

Karena itu, sejak siswa masuk sekolah, penyambutan guru juga menyapa peserta didik tak lagi dengan ucapan selamat pagi, tetapi sugeng injing. Tak hanya itu, bahasa Jawa juga diterapkan di dalam kelas. ”Guru menggunakan bahasa perantaranya dengan bahasa Jawa. Kecuali istilah-istilah dalam pembelajaran yang tetap tidak diubah,” tandasnya.

Baca Juga :  Keuletan Fajar Setiawan Warga Sooko Mojokerto Rangkai Layang-Layang Naga

Hal serupa juga diterapkan peserta didik saat bercengkrama dengan sesama temannya. Begitu pun ketika siswa berkomunikasi dengan penjaga kantin, petugas tata usaha (TU), maupun dengan warga sekolah lainnya.

Bahkan, SMPN 7 Kota Mojokerto juga melakukan setting ulang semua informasi yang diumumkan melalui corong sekolah. Mulai dari pengumuman untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya, pergantian jam pelajaran, hingga pengumuman jam pulang sekolah. Seluruhnya menggunakan bahasa Jawa. ”Biasanya pakai bahasa Indonesia, tiap Kamis pengumuman kita alihkan jadi bahasa Jawa,” tandas Siti Nuryati.

Kepala SMPN 3 Kota Mojokerto Redjo menambahkan, selain secara lisan, penerapan budaya Jawa juga diterapkan dari sisi penampilan. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan juga mengenakan pakaian tradisional adat Jawa. ”Bagi guru perempuan menggunakan setelan kebaya dan jarik. Sedangkan guru laki-laki menggunakan udeng,” tambahnya.

Tak sekadar bertutur kata, pembiasaan pada Kamis Anjawani juga diharapkan dapat membentuk karakter peserta didik. Dengan menerapkan unggah-ungguh bahasa Jawa, siswa juga dibiasakan untuk berperilaku sopan santun dengan tata krama yang menjadi tradisi orang Jawa. ”Tujuan utamanya adalah membentuk karakter anak dan melestarikan budaya Jawa,” imbuh dia.

Baca Juga :  SMPN 5 Kota Mojokerto Bikin Aplikasi Adi Pintar, Petakan Potensi Siswa

Bahkan, untuk menambah suasana tradisonal di sekolah, saat jam istirahat siswa juga memainkan alat musik gamelan. Ke depan, pihaknya juga menyiapkan slogan-slogan sekolah yang ditulis menggunakan aksara Jawa atau hanacaraka.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Mojokerto Amin Wachid mengungkapkan, program Kamis Anjawani menjadi salah satu program pembelajaran tematik yang diterapkan di sekolah.

Menurutnya, program tersebut merupakan hasil diskusi dengan Dewan Kebudayaan Daerah (DKD) Kota Mojokerto untuk uri-uri budaya Jawa. ”Sehingga, khusus hari Kamis, seluruh warga sekolah menerapkan budaya Jawa dengan berbahasa dan berbusana Jawa. Termasuk menghidupkan permainan tradisional,” tandas Amin.

Dalam pemberlakuan perdana Kamis (23/2) kemarin, pakaian adat tradisional baru diterapkan bagi guru. Sedangkan siswa bisa menggunakan atribut sederhana yang mencerminkan budaya Jawa.

Sebagai awal, Kamis Anjawani baru diterapkan di jenjang SMP negeri dan swasta. ”Kalau program rintisan ini dinilai berhasil, minggu depan kami lanjutkan ke jenjang SD,” paparnya. (ron)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/