Dari Pengotor Halaman, Kini Jadi Branding Sekolah
Minuman sari, puding, kue, hingga onde-onde. Olahan lezat nan bergizi tersebut bisa dibuat oleh guru dan murid SMP Negeri 9 Kota Mojokerto dengan bahan dasar belimbing wuluh. Buah yang selama ini terkenal karena rasa asamnya yang kuat itu.
YULIANTO ADI NUGROHO, Kota, Jawa Pos Radar Mojokerto
PULUHAN pohon belimbing wuluh yang tumbuh di halaman sekolah di Jalan Semeru, Kota Mojokerto, itu memang bikin teduh. Selain rindang, buahnya pun subur. Selain bisa dimakan langsung, buah belimbing wuluh diambil beberapa untuk campuran sayur dan pepes.
Tapi, berapa banyak orang yang doyan makan buah dengan rasa asam tersebut? Seberapa sering juga orang membuat sayur asam? Minimnya pilihan ini yang membuat belimbing wuluh banyak terbuang percuma. Dari musim ke musim, selalu dibiarkan rontok. Buah-buah berceceran di pelataran sekolah sampai busuk.
Menyadari hal tersebut, mulailah dicari alternatif olahan yang bisa dibuat dari belimbing wuluh. ”Kami punya inisiatif, punya ide untuk memanfaatkan belimbing wuluh menjadi makanan dan minuman lain daripada yang lain,” tutur Evi Poespito Hany, Kepala SMP Negeri 9 Kota Mojokerto tempat puluhan belimbing wuluh itu tumbuh.
Evi mengungkapkan, idenya tak sekadar membuat belimbing wuluh berpindah dari halaman sekolah ke dapur. Namun, bagaimana membuat olahan dari buah asam tersebut juga memiliki nilai jual. Sampai akhirnya, pada 2021 lalu, produk pie belimbing wuluh pun muncul. Olahan pertama itu diikuti olahan-olahan berikutnya yang tercetus dari tangan para siswa dan guru prakarya.
Sampai sekarang, oalahan belimbing wuluh yang sudah dibuat antara lain minuman sari, puding, muffin, sampai onde-onde. ”Kami mengangkat belimbing wuluh ini sebagai branding sekolah. Karena belimbing wuluh adalah kearifan lokal yang banyak tumbuh di lingkungan sekolah,” jelasnya.
Selain untuk konsumsi kalangan sendiri, berbagai olahan belimbing wuluh juga dipasarkan secara luas. Salah satunya kepada instansi-instansi pemerintahan di kota sebagai hidangan penyambut tamu. ”Yang paling banyak dari instansi pemkot untuk sambut tamu seperti acara pramuka dan Jalur Rempah,” tambah Evi.
Olahan belimbing wuluh ini juga menjadi bukti kreativitas pelajar di SMP 9. Mereka kini mampu memproduksi sendiri berbagai olahan yang diajarkan oleh para guru di sekolah. ”Awalnya diajari sama sekolah dan sekarang sudah banyak yang pesan,” kata Jesy Nur Anggraeni, siswa kelas VII. Olahan belimbing wuluh dijual hanya dengan harga murah mulai Rp 5 ribu. (ron)