27.8 C
Mojokerto
Friday, June 9, 2023

Hikayat Kerajinan Bambu Mojopilang Terancam Tamat

Yang Muda Lebih Tertarik Kerja di Pabrik dengan Bayaran Pasti

Desa Mojopilang dan Desa Mojogebang lama dikenal sebagai pusat kerajinan bambu. Setelah eksis selama puluhan tahun, kini dua sentra yang berada di Kecamatan Kemlagi itu mengalami krisis generasi penerus.

YULIANTO ADI NUGROHO, Kemlagi, Jawa Pos Radar Mojokerto

SEKALI hentakan saja, palu dari tangan Sampan sudah cukup menembuskan paku ke bambu yang melingkar itu. Anyaman bakal alas kandang ayam tersebut sebentar lagi jadi. Setelahnya tinggal digabung dengan rangka bagian atas yang tengah dirakit sang istri, Aliyah.

Di rumah sederhana di Dusun Sidoleh, Desa Mojopilang, Kecamatan Kemlagi, selama puluhan tahun keduanya menjadi perajin bambu. Selain membuat kandang ayam, mereka juga melayani pesanan kombong hingga ancam. Sampan dan Aliyah generasi paling tua perajin bambu di Desa Mojopilang. Kini, usia mereka tak lagi muda. Sampan sudah menginjak 70 tahun dan Aisyah lebih muda setahun. ”Alhamdulillah cukup untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Sampan yang selalu merakit kerajinan bambu dengan setelah telanjang dada ini.

Baca Juga :  Kerajinan Daur Ulang Berbahan Kertas Koran Bekas Kreasi Siswa Kota Mojokerto

Desa Mojopilang terkenal sebagai salah satu sentra kerajinan bambu di Kecamatan Kemlagi. Di sini, ada sekitar 50 perajin yang melakukan produksi bambu setiap hari. Jenis kerajinannya adalah perabotan seputar ayam dan burung. Paling banyak adalah kandang dan kurungan. ”Paling banyak sehari bisa menghasilkan 10 kandang ayam,” ujar Riyono, 62, perajin lainnya.

Selain membuat kerajinan setiap hari, dirinya juga sering mengerjakan pesanan. Baik pesanan perorangan maupun agen pedagang di pasar. Tak hanya dari Mojokerto, pelanggan sangkar Mojopilang juga datang dari Sidoarjo hingga Jombang. Produk mereka memang sudah dikenal berkualitas.

Satu buah sangkar ayam dijual dengan harga bervariasi. Untuk ukuran besar, harganya dipatok Rp 25 ribu sedangkan ukuran kecil cukup Rp 5 ribu. Dia mengaku bisa mendapat penghasilan Rp 50 ribu per hari. ”Gampangnya bisa diandalkan. Meskipun tidak banyak, tapi tetap ada pemasukan. Itu yang membuat banyak perajin bertahan,” jelasnya.

Rumah Riyono bersebelahan dengan tempat tinggal Sampan. Riyono juga berstatus keponakan Sampan. Menurutnya, kerajinan bambu sudah jadi keahlian turun temurun di kampung tersebut. Dulunya, hampir semua rumah membuat kerajinan bambu. Saat ini, terdapat sekitar 50 perajin yang masih bertahan. Para perajin yang bertahan rata-rata sudah berusia sepuh. ”Umurnya sudah 60 tahun lebih semua,” ujarnya.

Baca Juga :  Menilik Kampung Kutang Klasik di Desa Banyulegi

Kini, kerajinan Bambu Mojopilang terancam punah karena minimnya generasi penerus. Banyak generasi muda yang enggan meneruskan usaha kerajinan bambu. ”Tinggal yang tua-tua. Yang muda tidak mau, lebih memilih di pabrik. Entah ada yang meneruskan tidak. Insyaallah ya bisa punah,” imbuh dia.

Kondisi demikian juga dirasakan para perajin bambu di Desa Mojogebang. Di sana, tinggal lima perajin mebel berbahan bambu yang bertahan. Minimnya minat generasi muda membuat kerajinan bambu perabotan meja kursi ikonik itu terancam punah. Bahkan, banyak perajin yang gulung tikar karena tak ada yang meneruskan usahanya.

Kecuali dirinya, mereka terancam tak punya penerus. ”Masalahnya tidak ada (anak muda yang berminat), karena mereka lebih tertarik kerja di pabrik dengan hasil pasti,” ujar Hamzah, 42, salah satu perajin yang masih bertahan. (ron)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/