27.7 C
Mojokerto
Thursday, June 8, 2023

Berbekal Dua Ban Dalam, Kopi dan Madu untuk Pembangkit Energi

Pesepeda Asal Semarang Menuju Sirkuit Mandalika

Selama seminggu ke depan, Hermawan Widhianto bakal menempuh jarak 970 kilometer (KM) ke sirkuit Mandalika. Bukan naik pesawat, melainkan gowes dengan sepeda lipat. Selama perjalanan menuju balapan MotoGP, pria asal Semarang itu juga mengabadikan setiap momen unik yang dijumpai.

YULIANTO ADI NUGROHO, Sooko, Jawa Pos Radar Mojokerto

TAK tampak raut capek di wajahnya. Padahal, Wawan, sapaan Hermawan Widhianto, telah bersepeda sejauh 300 kilometer. Sabtu (12/3) pagi, dia lepas dilepas dari kantor Wali Kota Semarang untuk menunaikan ’’perjalanan suci’’ gowes seorang diri menuju timur. Yakni, Sirkuit Pertamina Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ya, Wawan akan menonton perhelatan MotoGP 19-20 Maret nanti. Balapan motor kelas internasional yang banyak digemari orang. Tapi, berbeda dengan kebanyakan orang, dia datang ke sirkuit dengan cara bersepeda. Total rute yang ditempuhnya sepanjang 970 kilometer.

Minggu (13/3) malam, Wawan tiba di kantor Jawa Pos Radar Mojokerto (JPRM) Jalan RA Basuni nomor 96, Desa Jampirogo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto. Hari memang hampir berganti, tapi Wawan masih tampak semangat. Dua hari perjalanan, bekas rasa pegal pun tak terlacak di mukanya. Atau, memang tersembunyikan dengan perangainya yang ceria.

Dia bahkan menyempatkan diri untuk mencuci sepeda lipat merek Dahon kesayangannya. ’’Ini sepeda yang biasa saya pakai sehari-hari. Tidak ada yang khusus,’’ ucapnya sembari terus menyemprotkan selang air ke rangka sepeda warna merah itu, Senin (14/3) dini hari pukul 01.00.

Baca Juga :  Agus Santoso, Perajin Wayang Berbahan Sak Semen

Dalam misinya kali ini, yang boleh dibilang khusus, adalah tas berisi perlengkapan atau starter pack. Tas itu setia melekat di bangku belakang sepedanya. Ada pakaian ganti hingga charger. Menurut dia yang paling penting adalah alat kunci perbengkelan, serta ban dalam untuk serep. ’’Bawa dua ban. Alhamdulillah sampai sini belum sampai ganti,’’ terang warga Jalan Tlogo Bayem, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang itu.

Tak ada ramuan khusus dalam perjalanan. Tapi, di tas itu tersimpan bubuk kopi hitam dan madu. Wawan pecinta kopi pahit. Tepatnya, kopi pahit campur madu. Minuman itu kadang kala diseduhkan untuk membangkitkan energi ketika sudah merasa lemas. ’’Takutnya kalau singgah kan tidak cocok dan merepotkan. Jadi, bawa bahan sendiri juga,’’ katanya.
Dari kota kelahirannya, dia menempuh perjalanan lewat Purwodadi, Blora, Ngawi, Jombang, dan tembus Mojokerto. Selanjutnya masuk ke Probolinggo terus ke timur sampai Banyuwangi dan menyeberang ke Bali. Dari Pulau Dewata, Wawan menyeberang lagi ke Lombok.

Persinggahan pertamanya di Cepu, Blora pada Sabtu (12/3) malam. Di sana dia menginap di rumah seorang kawan semasa kuliah. Pada situasi ini, kenalan dan jaringan adalah segalanya bagi Wawan. ’’Mengandalkan koneksi,’’ sebut alumnus Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (Undip) angkatan 1998 tersebut.

Baca Juga :  Keren! Ini Kreasi Narapidana Lapas Kelas II B Mojokerto Produksi Handbag

Wawan tak punya patokan khusus waktu beristirahat. Dia hanya berhenti ketika merasa capek. Biasanya, kata dia, itu dibarengi dengan waktu untuk salat dan makan. Rata-rata kecepatan gowesnya 20 kilometer per jam. Dia yakin perhitungan matang soal esktimasi waktunya tak bakal meleset. Sabtu (19/3) nanti, dia bakal tiba di Mandalika.
Selama perjalanan, Wawan juga mengabadikan setiap momen unik yang ditemuinya. Seperti hamparan sawah di Bojonegoro atau pemandangan ayah mengantar anak sekolah. Hal-hal itu dijepret untuk kemudian diabadikan sebagai karya. ’’Momen itu yang sejauh ini istimewa,’’ ucapnya.

Wawan merupakan seorang fotografer lepas. Dia tergabung dalam komunitas Photocycle, sebuah kelompok pemotret pecinta gowes. ’’Untuk perjalanan ke timur belum pernah. Dan, itu yang ingin saya lakukan. Kebetulan saja ada momen tepat balapan GP,’’ beber pria yang mengaku pernah gowes ke Jakarta tersebut.

Soal tiket balapan, Wawan tak pusing. Sudah ada yang menyediakan. Yang pasti, dia cukup memastikan diri tiba di sirkuit. Pada perjalanan ke Mandalika kali ini, Wawan juga didapuk sebagai Duta Wisata Kota Semarang. Artinya, dia didukung untuk menuntaskan misi bersepeda sekaligus mempromosikan wisata Semarang. Tolong dicatat. Perjalanan Semarang-Mandalika. Sebab, dari Lombok nanti Wawan pulang naik bus atau mungkin pesawat. ’’Judulnya gowes Semarang-Mandalika. Bukan Gowes Semarang-Mandalika PP. Ojo koyo wong susah,’’ tukasnya diikuti gelagat tawa. (fen)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/