Tak Perlu Latihan, Hafal karena Rutin Dipakai Pujian di Musala
Salawat Asyghil yang menggema di Gelora Delta Sidoarjo, Selasa (7/2) pagi, masih terngiang di benak publik, khususnya warga nahdliyin. Azzam Nur Mukjizat sebagai salah satu dari empat anak pelantun salawat juga tak kalah gembira ketika suaranya mampu dinikmati jutaan orang. Hingga Presiden RI Joko Widodo yang takjub dan menyalami bocah asal Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi ini usai resepsi puncak Satu Abad NU.
FARISMA ROMAWAN, Kemlagi, Jawa Pos Radar Mojokerto
MERINDING! Begitulah kata pertama yang kerap ditulis netizen saat mendengar salawat karya Habib Ahmad bin Umar Al-Hinduan Ba ‘Alawy itu ketika dilantunkan empat bocah ajaib dari hasil audisi Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU). Dan yang tak kalah mengagumkan, salah satu pelantunnya adalah Azzam Nur Mukjizat, bocah dengan keterbatasan penglihatan namun diberkahi suara yang begitu indah. Suara emasnya mampu membius jutaan orang hingga meneteskan air mata.
Meski kerap tampil di televisi, namun keindahan suara anak pertama pasangan Jumain dan Sholikatin Munawaroh terus menggema di berbagai kanal media sosial (medsos) baik youtube, instagram, maupun tiktok. Sama seperti namanya, Azzam memang diberkahi keajaiban berupa suara yang merdu. Bahkan, Addie MS sebagai komposer musik dan lagu di resepsi Satu Abad NU mengakui kemerduan suaranya.
Akan tetapi, pujian tersebut dianggap anak 11 tahun itu bukanlah sesuatu yang terlalu diistimewakan. Ia justru lebih mengedepankan makna dari salawat Asyghil itu sendiri yang berharap keberkahan dan keselamatan Allah SWT dari segala bentuk kezaliman. Bahkan, ketika ditanya soal terpilihnya sebagai salah satu pemenang audisi, Azzam mengaku hanya melantunkan seperti biasa. Sebab, salawat tersebut sudah biasa ia bawakan ketika didapuk melantunkan pujian di musala tempat tinggalnya, khususnya sebelum salat maghrib dan isya.
’’Saya tidak pernah latihan. Soalnya biasanya salawat itu saya gunakan saat pujian sebelum salat di masjid. Jadi sudah hafal. Yang paling utama, salawat saya sampai kepada kanjeng nabi Muhammad SAW,’’ ujarnya.
Pelajar SLB PKK Gedeg ini juga mengaku sangat tenang saat diumumkan menjadi pemenang. Ketika diminta untuk rekaman dan konferensi pers di kantor PBNU Jakarta, 13 Januari lalu, Azzam juga sangat kalem. Bahkan, siswa kelas IV ini hanya butuh waktu dua hari saja untuk rekaman dan mixing bersama Addie MS dan twilite orchestra.
’’Bagi saya, Allah pasti menjaga, Allah pasti menghendaki. Jika menang ya pasti menang. Kalau kalah ya pasti kalah. Yang penting kalau menang tidak boleh bangga, kalau kalah tidak boleh sedih. Biar tidak takabur lah. Ya Alhamdulillah menang,’’ tegasnya. Azzam mengaku tak lupa bersyukur atas anugerah yang ia dimiliki. Pun, ketika Presiden Jokowi turun menyalaminya usai resepsi, ia tak lupa mengucapkan rasa terima kasih atas sambutan dan pujiannya pasca melantunkan salawat asyghil.
Baginya, bertemu dan bersalaman dengan orang nomor satu di Indonesia tersebut adalah keberkahan. Ia yang mendambakan bisa bertemu Jokowi sejak pertama terpilih sebagai presiden di periode kedua itu beberapa kali semringah kala menceritakan pengalamannya itu. Termasuk ketika bertemu Menteri BUMN Erick Thohir yang bertindak sebagai ketua SC panitia resepsi Satu Abad NU, Azzam juga tak lupa berterima kasih atas kepercayaannya.
’’Sejak awal terpilih Presiden di periode kedua, adik Azzam memang sudah ingin bertemu Pak Jokowi. Ketika ada kabar pak Jokowi berkunjung di Pabrik Gula (PG) Gempolkerep, Azzam juga ikut menanti meskipun tidak kesampaian. Pun juga saat pak Jokowi mantu di Solo, Azzam juga sempat berkunjung tapi situasi saat itu macet,’’ tutur Sholikatin, ibunya. (ron)