Evakuasi ODGJ dari Atap Rumah, Hampir Emosi karena Diludahi
Mengurus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sampai lansia telantar adalah bagian dari keseharian Kusnadi. Sudah 14 tahun dia menjadi relawan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) di Kota Mojokerto. Para Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang ditanganinya rata-rata sengaja dibuang keluarga.
YULIANTO ADI NUGROHO, Kota, Jawa Pos Radar Mojokerto
SEORANG penderita gangguan jiwa berjongkok di atas genteng rumah warga di Kelurahan Sentanan, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto. Pria berambut gondrong itu kabur dari kejaran tim TKSK saat hendak dievakuasi ke Rumah Sakit Jiwa Lawang. Seorang petugas pun ikut naik ke atap untuk membujuknya agar mau turun. Namun, dia terus meronta dan melawan. Berkali-kali air ludahnya mendarat di baju dan muka si petugas.
”Sebenarnya ya agak emosi waktu itu karena diludahi dan dimaki-maki, tapi kami tetap harus menahan diri. Dia kami biarkan bicara ngelantur sambil dirayu sampai akhirnya menyerah,” kata Kusnadi, kemarin (5/3). Kusnadi adalah salah satu petugas yang ikut dalam proses evakuasi. Kejadian dua tahun silam itu masih hangat diingatannya sampai sekarang. Evakuasi ODGJ kabur ke atap rumah adalah salah satu dari sekian pengalaman ekstrem yang dialaminya.
Kusnadi merupakan personel TKSK Prajurit Kulon. Selain itu, dia juga sebagai koordinator TKSK Kota Mojokerto. Pria berkacamata ini kali pertama bergabung menjadi tenaga sosial yang berada di bawah naungan dinas sosial tersebut sejak 2009 silam. Pekerjaannya yakni mengurusi para PPKS dari ODGJ hingga orang-orang telantar. ”Penanganannya melihat kondisi di lapangan,” ujar warga Kelurahan Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, tersebut.
Tak jarang PPKS yang ditanganinya berasal dari permintaan pihak keluarga yang bersangkutan. Mereka meminta bantuan tim TKSK untuk membawanya ke panti khusus ataupun tempat pengobatan. TKSK juga menangani laporan keberadaan PPKS yang menimbulkan gangguan. ”Kalau asalnya dari sini sendiri, kami akan bawa kembali ke rumah keluarganya dulu. Nanti kita menyesuaikan keinginan keluarga,” terang pria 54 tahun ini.
Lain halnya dengan PPKS yang tak diketahui identitasnya. Pihaknya akan melakukan proses perawatan, pencarian identitas, hingga memulangkannya ke tempat asal. Misalnya dalam kasus ODGJ dan gelandangan. Mereka yang dievakuasi dari jalan akan ditampung sementara di Rumah Aman milik dinsos di Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari. Di selter tersebut, mereka akan dimandikan, diberi baju ganti, hingga pemangkasan rambut. ”Kalau ternyata identitas mereka tidak ketemu meskipun sudah dilacak lewat dispenduk, mereka akan kami bawa ke UPT di Kediri,” jelas mantan juragan sepatu tersebut.
Dari proses pelacakan tersebut, tak jarang ada klien yang bisa ditemukan asal mulanya. Kusnadi pernah harus membawa seorang lansia telantar ke Dinsos Provinsi Jatim karena harus dipulangkan ke Pulau Sumatera. ”Informasi itu kan kita sebar juga ke lintas daerah, akhirnya terlacak dari luas pulau, ya kita pulangkan melalui dinsos provinsi,” ucapnya. Menurut dia, tak sedikit kasus penemuan gelandangan atau ODGJ yang sengaja dibuang atau ditelantarkan. Hal itu salah satunya diketahui dari kehadiran mereka yang masih baru dan belum lama berkeliaran. ”Kemungkinan mereka dari luar daerah terus ditaruh di kota,” tutur dia.
Sebagai relawan TKSK yang telah berdedikasi selama 14 tahun, Kusnadi paham betul bagaimana memperlakukan PPKS. Khususnya terhadap ODGJ yang sifatnya kerap melawan. Menaklukkan ODGJ tak bisa dilakukan dengan cara emosional. Petugas harus menahan diri sambil berusaha merayunya. ”Jangan sampai terpancing emosi. Kuncinya menguasai orangnya sampai dia nurut,” tandasnya. (ron)