30.8 C
Mojokerto
Sunday, May 28, 2023

Kreasi Eko Adi Kristanto, Perajin Kayu Bekas asal Kota Mojokerto

Padukan Motif dan Pola, Desain Sesuai Imajinasi

Usia yang hampir mengijak kepala enam, tak menghentikan Eko Adi Kristanto untuk berkreasi. Kakek tiga cucu ini masih produktif menghasilkan berbagai kerajinan tangan yang bernilai tinggi dengan memanfaatkan bahan baku kayu bekas.

RIZAL AMRULLOH, Kranggan, Jawa Pos Radar Mojokerto

Ditemui di rumahnya di Lingkungan Panggreman Gang 1, Nomor 11 A, Kelurahan/Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto, Eko langsung menunjukkan beragam hasil karya. Mulai dari kotak perhiasan, kotak pensil, lampu hias, serta mangkok dan piring yang seluruhnya berbahan dasar kayu bekas.

Masing-masing produk kriya itu memiliki motif dengan pola yang khas. Uniknya, corak tersebut dihasilkan dengan memadukan potongan-potongan kayu yang disambung. ”Tiap potongan kayu memiliki warna dan serat alami masing-masing,” terangnya.

Ya, Eko memang memanfaatkan kayu bekas sebagai bahan baku. Bahan dasar tersebut diperoleh dari limbah pabrik mebel yang dibeli dengan harga Rp 3-4 ribu per kilogram (kg). Namun, di tangan ayah dua anak ini, potongan kayu dirangkai dengan sangat rapi hingga mampu menghasilkan kerajinan yang bernilai tinggi.

Baca Juga :  Menilik Pertanian Pisang Cavendish di Desa Gading, Kecamatan Jatirejo

Eko menjelaskan, hal itu tidak lepas dari tingkat kesulitan dari rangkaian proses produksinya. Karena kerajinan dibuat dengan menggabungkan potongan demi potongan kayu dari berbagai bentuk dan warna.

Masing-masing bagian kemudian dipotong sesuai dengan model yang akan diinginkan dan direkatkan dengan lem. Agar tidak mudah patah, Eko melakukan pengepresan dengan alat khusus dan dikeringkan.

Setelah tiap potongan kayu sudah benar-benar tergabung, baru dilakukan proses pengamplasan. Tiap permukaan kayu dihaluskan hingga memunculkan warna dan serat alami kayu. ”Bentuk desainnya mengalir saja sesuai imajinasi,” tandasnya.

Sehingga, tiap karya yang dihasilkan Eko memiliki karakter yang berbeda. Hasilnya makin memberikan kesan mewah dengan sentuhan akhir lapisan pernis. Sehingga permukaan kayu tampak lebih mengkilap.

Dengan proses yang cukup panjang tersebut, Eko rata-rata menghasilkan satu karya lebih dari satu hari. Apalagi, seluruh prosesnya dikerjakan sendiri. ”Kadang bisa sampai tiga hari untuk satu karya,” imbuhnya.

Baca Juga :  Sakit Lambung, Penumpang Bus di Terminal Kertajaya Kota Mojokerto Meninggal

Maka, kerajinan tangan berbahan limbah itu mampu meningkat menjadi bernilai tinggi. Mulai dari karya berukuran paling kecil seharga Rp 75 ribu, hingga satu set mangkok dan piring yang dibanderol Rp 1 juta.

Karya Eko telah dipasarkan di berbagai daerah. Di antaranya memasukkan pesanan ke Jogjakarta hingga Bali. Meskipun, kerajinan kayu tersebut masih digelutinya sejak awal masa pandemi Covid-19. ” Selama pandemi kan tidak bisa keluar, akhirnya saya bikin ini,” sambil menunjukkan kotak pensil buatannya.

Untuk pemasaran, Eko hanya mengandalkan pesanan dari orang-orang terdekat. Sejumlah temannya pun juga membantu untuk memasarkan melalui online. Namun, diakuinya, keterbatasan alat dan tenaga masih menjadi kendala. Sehingga, dia tidak bisa menerima pesanan dengan jumlah yang masal. (ron)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/