Cabai rawit menjadi komoditas andalan masyarakat Kecamatan Dawarblandong. Hasil panen yang melimpah juga membuat petani di wilayah paling utara di Kabupaten Mojokerto ini kerap ’’kaya mendadak”. Sehingga, tak perlu heran. Jika suatu saat, anda melihat mereka datang ke sawah dengan mengendarai mobil.
Tahun ini, merupakan tahun keemasan petani cabai. Hasil panen mereka jauh melimpah dibanding musim-musim sebelumnya. Panen raya yang berlangsung Januari-Maret itu bertepatan dengan harga cabai rawit yang tengah tinggi-tingginya di pasaran. Saat itu, sekilo, tembus Rp 120 ribu. Gayung bersambut. Situasi ini membuat para petani meraup untuk yang berlimpah. Hasil panen tujuh sampai 10 kali petik, bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Desa Pucuk, salah satu desa dengan jumlah mayoritas petani cabai mendadak jadi kampung jutawan. Para petani membelanjakan hasil panennya dengan beragam barang berharga. Seperti perhiasan, motor, hingga mobil.
Salah satunya Watini. Total hasil panennya saat itu mencapai sekitar Rp 200 juta. Dia membeli mobil secara cash seharga Rp 150 juta. Mobil itu, sehari-harinya dipakai keluarganya untuk keperluan sehari-hari. Seperti berkunjung ke rumah sang cucu maupun sanak saudara lainnya. ”Tidak perlu pinjam mobil lagi sekarang kalau sambang ke rumah cucu di Gresik,” ucapnya sambil tertawa, kemarin.
Di Desa Pucuk, menurutya, terdapat empat warga yang langsung membeli mobil pasca panen. ”Kalau motor lebih banyak,” ujarnya. Diakuinya, kondisi itu tidak lepas dari harga cabai rawit yang sedang tinggi-tingginya. Selain dipakai keperluan sehari-hari, tak sedikit petani yang memakai mobilnya untuk pergi ke ladang. Entah membawa pupuk atau supaya tidak kepanasan. Yang jelas, mereka tengah menikmati hasil panennya.
Kepala Desa Pucuk Nanang Sudarmawan menyebutkan, selain diwujudkan dengan barang mewah, tidak sedikit warga yang merenovasi bangunan rumahnya. Mereka menghabiskan puluhan juta untuk mempercantik tempat tinggalnya dengan uang hasil panen cabai rawit. Menurutnya, semenjak itu banyak sales keluar masuk kampungnya. Mereka menyasar warga yang baru saja panen untuk menawarkan produk. ”Kalau motor yang dibeli, setahu saya ada sekitar 30 sampai 50 unit. Paling banyak motor jenis Scoopy dan PCX,” terangnya. (adi/ron)