SOOKO, Jawa Pos Radar Mojokerto – Mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Mojokerto, membuat peternak sapi lebih waspada. Para pekerja dan keperluan kandang disemprot disinfektan sebelum masuk ke kandang. Bahkan, sejak beberapa pekan terakhir, area peternakan tidak menerima tamu.
”Terutama belantik. Mereka kan habis ngecek sapi dari mana-mana. Kita nggak tahu sapi yang mereka cek itu sehat apa gak. Khawatir mereka bisa nularkan PMK ke sapi-sapi kita,” ujar Imam Mas’ud, karyawan peternakan sapi perah Rojokoyo di Dusun/Desa Sambiroto, Kecamatan Sooko.
Sejak mewabahnya PMK, pihaknya menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat bagi sapi-sapi di kandangnya. Sebab, sejumlah pekerja dan barang kebutuhan kandang disemprot disinfektan sebelum masuk peternakan.
Tak hanya itu. Masuknya sapi baru ke kandang pun sementara ini dihentikan. Kualitas kebersihan kandang juga ditingkatkan guna mengantisi penularan dan persebaran PMK. ”Setiap hari, habis setengah liter buat semprot kandang sama ada sebagian yang diminumkan buat sapi. Ini disinfektan yang khusus buat ternak sapi. Bahkan truk tanki yang ambil susu di sini juga kita semprot sebelum masuk ke sini,” imbuhnya.
Mas’ud menerangkan, belakangan ini jumlah produksi susunya menurun. Dari 250 sapi perah yang ada, kini hanya menghasilkan sekitar 700 liter susu segar setiap hari. Padahal sebelumnya mampu mencapai 1.000 liter dalam sehari. Meski begitu, hal tersebut dipastikan bukan akibat wabah PMK. Sebab, sejauh ini masih belum ada sapi-sapinya yang terjangkit penyakit akibat virus tersebut. ”Karena sekarang memang masa kering. Ini artinya banyak sapi yang bunting usia sekitar tiga sampai enam bulan. Kalau dipaksa, nanti setelah melahirkan malah hasil susunya makin dikit,” ungkapnya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto Agoes Hardjito mengapresiasi upaya preventif yang dilakukan peternak sapi perah itu. Sebab, sapi perah dan potong sama-sama berisiko tinggi terjangkit PMK. Hanya saja, dari ratusan kasus sapi terjangkit PMK, mayoritas didominasi sapi potong.
Disinyalir, sapi potong lebih dominan diperjual belikan di pasar hewan ketimbang sapi perah. ”Memang sejauh ini yang dominan jenis sapi potong. Sapi perah masih sebagian saja. Tapi kedua jenis sapi ini sama-sama berisiko tinggi terjangkit PMK,” ujarnya.
Dijelaskannya, hasil produksi susu sapi perah bisa menurun drastis jika terjangkit PMK. Itu lantaran sejumlah gejala yang dialami sapi. Bahkan, penurunannya mampu mencapai 50 persen. ”Itu lihat kondisi sapi juga. Karena kalau terjangkit PMK nafsu makannya akan berkurang. Kalau nafsu makannya drop, otomatis produksi susunya bisa turun drastis,” terangnya.
Ia mengimbau, seluruh peternak sapi perah maupun potong untuk terus memperhatikan kebersihan kandang dan kesehatan sapi. Meski ditegaskannya, PMK tidak berbahaya bagi manusia, namun virus tersebut bisa merugikan peternak. Ada berbagai upaya yang bisa dilakukan peternak untuk mempertebal daya imun sapi. Salah satunya dengan rutin memberikan vitamin B kompleks.
”Setiap hari kandang harus dibersihkan dan disemprot disinfektan. Peternak juga bisa melakukan terapi suportif bagi sapi dengan rutin meminumkan vitamin B kompleks. Karena ketika asupan vitamin pada sapi tercukupi, kalaupun sapinya terserang PMK, itu kondisinya tidak akan parah,” tandasnya. (vad/ron)