Lampaui Harga Acuan Pembelian, Terpengaruh Harga Pakan dan Cuaca
KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Harga komoditas telur di pasar tradisional Kabupaten Mojokerto melambung tertinggi mencapai Rp 32 ribu per kilogram (kg). Angka itu jauh lebih mahal dari harga acuan pembelian (HAP) yang ditetapkan pemerintah Rp 27 ribu per kg. Sebagai tindak lanjut, pemda bakal melakukan intervensi dengan memangkas mata rantai distribusi.
Kepala Disperindag Kabupaten Mojokerto, Iwan Abdillah, sesuai pantauan di lapangan harga komoditas telur ras sejauh ini memang cenderung alami kenaikan. Dari 20 pasar yang tersebar di 18 kecamatan, tertinggi capai Rp 32 ribu per kg. ’’Sesuai update aplikasi Sinergi Smart yang kita miliki, harga tertinggi Rp 32 ribu per kilo di Pasar Randegan dan terendah Rp 27 ribu per kilo di Pasar Bangsal,’’ ungkapnya, kemarin.
Sesuai data, mahalnya komoditas telur ras ini tidak melulu di Pasar Randegan, melainkan terjadi bergantian di sejumlah pasar. Baik pasar yang dikelola disperindag atau pun desa. Seperti halnya di Pasar Kedungmaling juga sempat Rp 32 ribu per kg, meski kini sudah turun menjadi Rp 29 ribu per kg. Menurut Iwan, tren fluktuatif kebutuhan pokok ini memang terjadi sejak dua pekan terakhir. ’’Kalau dirata-rata harga telur di 20 pasar ini Rp 30 ribu per kilo dengan tren naik,’’ tuturnya.
Angka itu lebih mahal dari HAP yang ditetapkan pemerintah Rp 27 ribu per kg. Sejumlah faktor memang jadi pemicu kenaikan. Salah satunya karena kondisi cuaca yang terjadi belakangan ini. Dengan suhu lebih panas dari biasanya, kata Iwan, kondisi itu mempengaruhi produktivitas ayam untuk bertelur. Tak sekadar itu, harga pakan yang ikut terkerek naik juga berimbas pada kenaikan harga telur.
Bahkan, tak hanya telur, juga berdampak pada kenaikan harga daging ayam broiler tertinggi capai Rp 37 ribu per kg. Kendati begitu, angka itu tak setinggi saat Lebaran lalu tembus Rp 40 ribu per kg. ’’Setelah saya konfirmasi ke sejumlah para produsen, ternyata kenaikan memang terjadi sejak di tangan pertama, jadi di pasar, makin mahal, karena kulaknya sudah tinggi. Faktornya ada karena cuaca hingga harga pakan yang juga naik,’’ bebernya.
Tak urung sebagai tindak lanjut, pemda bakal melakukan intervensi atas tingginya harga tersebut. Termasuk operasi pasar juga bakal digelar sebagai upaya pengendalian inflasi daerah. ’’Tapi, tidak melulu operasi pasar, kita juga bisa memangkas mata rantai distribusi, paling tidak saat dijual di pasar tidak semahal sekarang,’’ tuturnya. (ori/fen)