KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Pemindahan pasien yang menjalani isolasi mandiri (isoman) ke tempat isolasi terpusat (isoter) tak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu usaha ekstra untuk meyakinkan mereka yang terpapar Covid-19 menuruti arahan petugas.
Seperti yang terjadi di Kecamatan Mojoanyar. Tiga pilar kecamatan harus turun langsung ke rumah warga yang tengah isoman. Meski awalnya tak mau, cara persuasif yang dilakukan petugas membuahkan hasil. Sekitar pukul 18.00, warga yang sebelumnya menolak akhirnya mau pindah ke Puskesmas Gayaman untuk jalani isolasi. ’’Alhamdulillah setelah kami bujuk bersama kapolsek, babinsa dan bhabinkamtibmas serta Pak Kades, akhirnya mau pindah isolasi di puskesmas,’’ ungkap Kepala Puskesmas Gayaman dr Nurcahyati Akbar Kusuma, Kamis (19/8).
Namun, dia yang diketahui terkonfirmasi positif sejak lima hari terakhir ini tak mau diangkut menggunakan mobil ambulans yang sudah stand by di dekat rumahnya. Dia memilih beranggkat sendiri memakai mobil pribadi menuju puskesmas. ’’Alasannya tidak mau pindah sebelumnya karena takut, dia (pasien) juga tidak ada gejala dan keluhan atau OTG. Sedangkan hasil tracing, keluarganya nonreaktif,’’ ujarnya.
Kapolres Mojokerto AKBP Dony Alexander menambahkan, secara teknis polres sudah siapkan tim Covid Hunter dalam pemindahan pasien isoman. Sehingga, pihaknya meminta data yang ada di dinkes dan puskesmas dari hasil tracing yang dikerjakan melalui SiLacak untuk melaporkannya ke Satreskrim. ’’Nanti satreskrim akan kirimkan tim Mobile Covid Hunternya dibantu dengan satsabhara yang tetap bekerj sama dengan koramil dan satpol PP yang ada di puskesmas untuk pemindahan,’’ ungkapnya.
Ditekankan, pemindahan warga yang isoman tetap secara sopan, santun, dan hindari konflik yang menyebabkan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat melebar. ’’Saya minta juga satintel segera melakukan intervensi dini atau deteksi dini agar saat proses penjemputan tidak terjadi permasalahan. Pemindahan pasien isoman ke isoter ini sifatnya wajib,’’ tegasnya.
Sementara itu, kerja bersama dan sama-sama bekerja menjadi semboyan gerakan bebas dari isoman digelorakan Dandim 0815 Mojokerto Letkol Inf Beni Asman. Sehingga tak ada lagi ego sektoral yang menjadi penghambat dalam implementasinya. ’’Harapannya, semua yang isoman bisa terpindah ke isoter dan butuh kerja sama instansi masing-masing,’’ ungkapnya.
Pihaknya pun menegaskan agar keterlibatan semua pihak dalam penanganan Covid-19 di Mojokerto. Targetnya tak hanya dalam kapasitas daerah, tiap kecamatan natinya juga harus ada isoter. Secara tegas Dandim 0815 juga menekankan semua pihak harus meninggalkan ego sektoral. Termasuk soal sinkronisasi data juga harus tepat. Sebab persoalan data merupakan hal yang sangat krusial karena menjadi muara penilaian kerja penanganan Covid-19. ’’Samakan jumlah vaksin agar sinkron dengan datanya. Termasuk kekurangannya berapa, untuk berapa orang. Harus ada data riil dan satu sumber. Ke depan, tracing harus dimasifkan. Dengan harapan PPKM kita cepat turun level. Tinggalkan ego sektoral, semua wajib kerja dan kerja sama-sama,’’ tegasnya.