KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Lahan pertanian di Kabupaten Mojokerto seluas 268 hektare, tercatat rawan banjir. Ancaman gagal panen pun membayangi para petani.
Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Mojokerto mencatat, setidaknya ada empat desa di dua kecamatan yang harus waspada saat musim penghujan tiba. Sebab, sejumlah lahan pertanian seringkali terendam banjir luapan sungai ketika debit air tengah meningkat akibat tingginya intensitas hujan.
Empat desa itu adalah Desa Tempuran, Kecamatan Sooko; Desa Salen, Desa Mejoyo, dan Desa Tinggarbuntut di Kecamatan Bangsal.
Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto Nurul Istiqomah menjelaskan, di empat desa tersebut, terdapat 268 hektare lahan pertanian berpotensi terendam banjir tahunan. Yang paling terdampak adalah Desa Salen, Kecamatan Bangsal. Di kawasan ini tercatat 100 hektare lahan pertanian.
Dikatakannya, sejumlah lahan pertanian desa tersebut terendam banjir akibat luapan sungai. ’’Titik tersebut sudah jadi langganan tiap tahunnya. Desa Tempuran itu karena luapan sungai avur Jombok sementara tiga desa lainnya karena luapan sungai Sadar,’’ ujarnya, kemarin.
Sejauh ini, disperta sebatas melakukan sosialisasi ke sejumlah petani. Itu sesuai tupoksi Disperta yang tak punya wewenang dalam pembangunan infrastruktur. Baik lahan pertanian maupun sungai. Namun, pihaknya intensif berkoordinasi dengan stakeholder untuk meminimalisir imbas yang merugikan petani itu. ’’Kami selalu berkoordinasi dengan instansi terkait, utamanya BWWS Brantas. Seperti perbaikan (dam) Sipon di wilayah Desa Tempuran, Kecamatan Sooko. Dan perbaikan itu sudah dilaksanakan di tahun ini,’’ tuturnya.
Bisa dibilang, petani yang lahannya terancam gagal panen akibat bencana alam itu punya opsi terbaik. Yakni bergabung dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Program pertanian besutan Asuransi Jasindo itu diberlakukan setiap satu kali musim tanam sebagai antisipasi dampak perubahan iklim dan serangan hama penyakit. ’’Ini program dari Kementerian Pertanian dimana ketika petani mengalami gagal panen akibat bencana atau perubahan iklim bisa mengajukan klaim untuk menambal kerugian itu,’’ ungkapnya. Tercatat, tahun 2019 lalu, lahan pertanian seluas 34,94 hektare berhasil mengklaim kerugian. (vad/ron)